Apa Alasan Kepala Thanos Dipenggal di Avengers: Endgame?
Dalam film Avengers: Infinity War, Thanos 'The Mad Titan' jadi sorotan utama. Berkat kerja kerasnya, cita-cita yang dia harapkan akhirnya bisa terwujud setelah dia melenyapkan separuh populasi semesta hanya dengan jentikan jarinya. Ketika itu terwujud, Thanos merasa telah menyelesaikan misinya untuk menyeimbangkan alam semesta.
Di film lanjutannya yakni Avengers: Endgame, tim Avengers yang terdiri atas Thor, Captain America, Black Widow, Hawkeye, Captain Marvel, Rocket, dan Nebula pergi ke Titan II untuk memburu Thanos. Sampai di sana, tanpa basa basi, Thor langsung memenggal kepala Thanos. Mad Titan itu tewas di menit-menit awal Endgame.?
Namun, keputusan untuk memenggal kepala Thanos di layar itu tidak muncul dengan mudah. Ada kontroversi di balik layar seputar keputusan tersebut. Produser Avengers: Endgame dan Marvel Studio Trinh Tran adalah orang yang bertanggung jawab atas keputusan untuk memenggal kepala Thanos. Ide itu muncul di kepala Tran setelah melihat kalau sutradara Avengers 3 dan 4, Russo Bersaudara, Christopher Markus dan Stephen McFeely harus muncul dengan sesuatu yang besar dan kuat untuk membuat cerita Endgame bergerak cepat. Awalnya Tran tidak yakin bagaimana mereka akan bereaksi terhadap idenya tersebut.?
?Dia mengalahkan Avengers di Infinity War. Kemana dia pergi dari situ? Bagaimana kita meneruskan sebuah cerita di mana para audiens akan bilang, ?Oh, ini baru, ini berbeda,? ketimbang menceritakan cerita yang sama lagi? Dan kita ingin pahlawan kita bisa kembali ke masa lalu, seperti itulah yang menyenangkan, kan? Jadi, saya bilang, ?Oke, ini ide gila. Mereka sepertinya akan mengira kalau saya gila karena mengatakan ini, tapi mari obrolkan?,? ungkap Tran yang dikutip Movie Web.?
Setelah melalui obrolan panjang, semua orang akhirnya sepakat kalau pemenggalan kepala di awal dan brutal adalah jalan terbaik. Setelah semuanya menyepakati ide itu, Tran justru keget. Dari situ dimulailah guliran ide untuk mundur dan berusaha membuat semuanya bekerja di arah cerita baru.?
?Itu berawal dari obrolan dan saya kira itu adalah kuncinya. Itu adalah ketika kita bisa mengambilnya dan iya atau tidak kita berakhir dengan itu, saya ingin obrolannya itu menjadi, ?Bagaimana kalau ini terjadi? Bagaimana kalau ide gila ini bisa terwujud dan apa yang terjadi dengan Avengers kalau kita melakukan itu?? Dan, itulah yang terjadi dan kami mewujudkannya. Saya seperti, ?Astaga, kita akan membunuhnya di awal. Sekarang, bagaimana kita bisa memperbaikinya??? ucap Tran.?
Thor berkesempatan membunuh Thanos di akhir Infinity War. Namun, bukannya membunuh, Thor malah berpidato dan menusuk dada Thanos. Di akhir film itu, Thanos mengatakan kepada Thor kalau dia seharusnya memenggal kepalanya sebelum dia menjentikkan jarinya. Ini membuat setting untuk awal Endgame dengan cara yang menarik. Bahkan setelah Avengers membunuh Thanos, mereka masih telat dan mereka tahu itu.?
Thor kemudian depresi setelah memenggal Thanos di Endgame. Di sisi lain, Mad Titan dari masa lalu senang setelah tahu bahwa dia berhasil menyelesaikan misinya di masa depan, meskipun dia tahu kalau kepalanya dipenggal. Apapun itu, semua berhasil karena sekarang Endgame adalah film terlaris sepanjang masa.?
Tran mengatakan, sejak Iron Man dirilis sekitar 11 tahun lalu, Marvel Studios sudah berancang-ancang membuat film terlaris sepanjang masa. Menurut Tran, semua orang di Marvel Studios membayangkan tidak hanya membuat film superhero terbesar, tapi juga produksi terbesar Hollywood yang pernah ada.?
Tahun depan, Marvel Studios sudah punya sederet proyek untuk masa depan. Mereka akan memulai Phase 4 Marvel Cinematic Universe (MCU) dengan Black Widow pada 1 Mei 2020, disusul The Eternals pada 6 November 2020. Pada 2021, deretan film layar lebar Marvel akan dibuka Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings pada 12 Februari, kemudian Doctor Strange in the Multiverse of Madness pada 7 Mei 2021 dan Thor: Love and Thunder pada 5 November.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto