Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Benarkah Model Streaming Digital Jadi Penyebab Penulis Naskah Hollywood Mogok Kerja?

Benarkah Model Streaming Digital Jadi Penyebab Penulis Naskah Hollywood Mogok Kerja? Kredit Foto: Reuters/Mike Blake
Warta Ekonomi, Jakarta -

Industri hiburan Hollywood, yang biasanya gemerlap dan bersemangat, saat ini tengah dihadapkan pada krisis serius. Lebih dari empat bulan yang lalu, pada bulan Mei 2023, para penulis naskah dan artis Hollywood memutuskan untuk mengambil tindakan drastis dengan melakukan mogok kerja massal.

Apa yang mendorong para profesional ini untuk berhenti bekerja di tengah gemerlapnya dunia hiburan? 

Baca Juga: Penulis Naskah dan Artis Hollywood Kompak Mogok Kerja, Ekonomi California Rugi US$3 Miliar!

Dr. Indrawan Nugroho, CEO dan Co-founder dari Corporate Innovation Asia (CIAS), menjelaskan bahwa para penulis naskah dan artis Hollywood merasa dirugikan karena upah mereka tidak memadai dan munculnya model bisnis streaming digital yang dianggap memperparah keadaan.

Acara streaming seringkali memiliki musim tayang yang singkat, dengan hanya 8 atau 10 episode per musim. Jumlah episode yang sedikit ini berarti bayaran yang diterima oleh para penulis menjadi lebih rendah, terutama jika diimbangi dengan jeda produksi yang panjang antara satu musim dengan musim berikutnya. 

“Sedikitnya upah yang diperoleh, mengharuskan para penulis mencari pekerjaan lain untuk mengatasi ketidakpastian pendapatan,” jelas Indrawan, dikutip dari kanal Youtube-nya pada Senin (04/09/2023).

Tak hanya itu, para penulis dihadapkan pada masalah praktik “mini room” yang merupakan cara untuk mempekerjakan kelompok penulis dengan bayaran lebih rendah. Praktik ini memperburuk masalah upah yang sudah ada.

Indrawan menyebutkan bahwa pembayaran residu juga menjadi penyebab lain para penulis mogok bekerja. Residu adalah pembayaran tambahan yang diterima oleh penulis jika karya mereka ditayangkan ulang atau dijual setelah pemutaran perdana. 

Dalam model produksi streaming, pembayaran residu cenderung tidak menguntungkan penulis.

“Platform streaming biasanya terjadi penjualan hak penyiaran eksklusif, sehingga penulis tidak bisa lagi mendapatkan pembayaran tambahan jika karya mereka ditayangkan di platform lain,” terangnya.

Dr. Indrawan Nugroho menegaskan bahwa para penulis dan aktor merasa tidak diperlakukan secara adil dalam model bisnis yang ada saat ini. Mereka berjuang untuk memperbaiki kondisi kerja mereka dan memastikan bahwa upah mereka sebanding dengan kontribusi mereka dalam menciptakan hiburan yang kita nikmati.

Baca Juga: Bank Sentral Kota Kansas AS Sebut Bisnis Mesin ATM Kripto Mulai Berkembang Pesat

“Apalagi residu di layanan streaming itu lebih kecil, tidak sebesar residu yang diterima dari produksi film untuk TV kabel atau DVD. Mereka merasa dieksploitasi oleh industri streaming digital,” tegas Indrawan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: