Peristiwa bencana selama tahun 2019 diprediksi mencapai lebih dari 2.500 kejadian di seluruh wilayah Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Rumah Zakat membentuk Desa Tangguh Bencana, yaitu desa yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana serta memulihkan diri segera dari dampak bencana yang merugikan.
Chief Program Officer Rumah Zakat, Murni Alit Baginda, mengatakan bahwa saat ini sudah ada 28 Desa Tangguh Bencana yang tersebar di 22 kota di Indonesia. Adapun, program yang dilakukan untuk membentuk masyarakat yang tangguh antara lain penyuluhan kebencanaan, simulai siaga bencana, pembuatan jalur evakuasi di desa, membuat media edukasi bencana, dan merekrut pemuda tangguh bencana.
"Dengan terbentuknya Desa Tangguh Bencana diharapkan warga desa terutama yang berada di daerah rawan bencana bisa lebih siap untuk melakukan pencegahan maupun siaga saat bencana terjadi sehingga meminimalisasi dampak kerugian yang terjadi," kata Murni di Jakarta, Kamis (29/8/2019).
Baca Juga: Rumah Zakat Salurkan 4.000 Superqurban dalam Dapur Kurban 2019
Selain melatih warga desa untuk tangguh bencana, Rumah Zakat juga menyediakan Superqurban sebagai makanan yang mudah disalurkan saat bencana. Selama Januari hingga Juni sebanyak 10.558 paket Superqurban tersebar ke wilayah pelosok maupun bencana di Indonesia.
Murni mengungkapkan pemerintah memprediksi musim kemarau tahun ini akan mengakibatkan 48.491.666 jiwa terancam kekeringan di 28 provinsi. Saat ini sekitar 92 persen wilayah Indonesia mengalami kemarau. Di sisi lain, cuaca kering di beberapa wilayah berpotensi memicu kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Untuk menanggulangi hal tersebut melalui Rumah Zakat Action selama periode Mei-Agustus 2019, Rumah Zakat telah mendistribusikan sebanyak 451.000 liter air bersih di 17 titik kekeringan di tujuh provinsi di Indonesia. Jumlah tersebut akan terus meningkat pada puncak kemarau yaitu Agustus hingga September. Untuk pekan ini, Rumah Zakat akan mengirim bantuan air bersih di 30 titik kekeringan di 11 provinsi.
"Kekeringan yang terjadi di Indonesia ini berulang setiap tahunnya. Pemberian air bersih merupakan salah satu bentuk respons jangka pendek untuk mengurangi dampak kekurangan air di masyarakat. Ada upaya-upaya lain yang kami lakukan sebagai solusi kekeringan di kemudian hari, yaitu menyediakan logistik dan peralatan, berupa penyediaan tangki air dan pipanisasi serta pembuatan sumur bor," ungkap Murni.
Sebagai contoh, pembuatan sumur bor yang sudah dilakukan di Desa Angsana, Kecamatan Angsana, Pandeglang, Banten. Dan akan menyusul untuk wilayah Cianjur dan Sukabumi, untuk pipanisasi dilakukan di Desa Berdaya Cisolok, Tasikmalaya. Sedangkan tangki air atau Penampungan Air Hujan (PAH) di Kp. Pasir Peuti, Desa Sukamulya, Kec Sukaluyu, Kab Cianjur.
Rumah Zakat juga membuka peluang kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menanggulangi bencana, baik bencana kekeringan ygan melanda saat ini maupun melalui aksi mitigasi dan respons atas bencana yang terjadi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: