Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Balai Benih Padi di Bantul Berhasil Bikin Terobosan Pengeringan Benih

        Balai Benih Padi di Bantul Berhasil Bikin Terobosan Pengeringan Benih Kredit Foto: Kementan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Proses pengeringan calon benih berbeda dengan untuk komsumsi. Hal ini berkaitan dengan kondisi embrio yang ada dalam buah padi. Padi untuk benih memerlukan kesempurnaan dalam pembentukan embrio, sebab embrio harus hidup dan siap untuk dikecambahkan.

        Direktur Perbenihan Tanaman Pangan, Takdir Mulyadi saat diwawancara di Jakarta hari Senin (9/9/2019) menerangkan bahwa saat musim hujan, para petani sering menemui kendala dalam? mengeringkan calon benih padi, sehingga harus pandai memanfaatkan keadaan? cuaca. Kreasi dan inovasi petani penangkar di beberapa tempat telah berhasil mengatasi pengeringan calon benih padi di musim rendengan.

        Di tempat terpisah Kepala UPT Balai Benih Pertanian Kab. Bantul, Budi Santoso menceritakan bahwa ia? berhasil menciptakan terobosan metode penjemuran alami calon benih yang, praktis, efektif, efisien, ekonomis, fleksibel dan ramah lingkungan dan aplikatif diterapkan.

        Baca Juga: Kementan Awasi Mutu Pestisida dengan Uji Laboratorium

        ?Saya menyebutnya dengan metode Siperkasa yang artinya Sistem Penjemuran Karya Santoso,? ungkap Santoso.?

        Diceritakan Santoso, teknik penjemuran ini sangat mudah, jika dibandingkan dengan cara konvensional banyak keuntungan didapat. Waktu penjemuran lebih cepat semula 4-5 hari menjadi 2-3 dengan kadar air yang ditentukan, pengerjaannya praktis, mudah dan lebih cepat tidak harus diangkut saat musim hujan atau sampai selesai penjemuran, biaya jauh lebih murah, ramah lingkungan.

        "Selain itu, tempat penjemuran bisa ditempatkan dimana saja di sawah dengan alas dan tutup dengan terpal atau alas cukup plester hanya ditutup terpal. Jika untuk konsumsi gabah yang digiling, berasnya pun tidak pecah," jelas Santoso

        Dari hasil perhitungan Santoso,nilai ekonomis keuntungan yang didapat dari terobosan ini dapat menghemat biaya pengeringan dan mendapatkan nilai tambah sebesar Rp950/kg.?

        Dan ternyata yang membuat kebanggan tersendiri, inovasi yang dilakukan oleh Santoso ini ternyata telah mendapat penghargaan dari Menpan RB pada lomba inovasi Top 99 dan Top 45 tahun 2019.

        Baca Juga: Musim Kemarau, Luas Tambah Tanam Padi Sumsel Optimis Capai 200.000 Hektar

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Kumairoh

        Bagikan Artikel: