Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pacu Produksi Pangan, Pengembangan Genetik Baru Mendesak

Pacu Produksi Pangan, Pengembangan Genetik Baru Mendesak Kredit Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Pusat Inovasi Agrotenologi (PIAT) Universitas Gadjah Mada (UGM) Taryono mengatakan pengembangan material genetik baru jenis tanaman pangan diperlukan untuk mendukung peningkatan produksi pangan nasional.

“Program pengembangan material genetik baru merupakan terobosan utama untuk memecah kebuntuan dalam skenario peningkatan produksi pangan,” ujar Taryono melalui keterangan resmi UGM di Yogyakarta, Kamis (16/3).

Menurutnya, bangsa Indonesia memerlukan upaya percepatan pemanfaatan sumber daya genetik untuk mewujudkan material genetik baru tanaman pangan yang lebih produktif dengan mutu hasil tinggi, tahan berbagai tekanan lingkungan abiotik, dan tahan terhadap tekanan lingkungan biotik seperti hama, penyakit, dan gulma.

PIAT UGM bekerja sama dengan tim peneliti dari fakultas Pertanian UGM, kata Taryono, tengah melakukan serangkaian program pemuliaan untuk mendapatkan material genetik baru tanaman pangan seperti padi, bawang merah, tomat, cabai rawit, jagung, terong, mentimun, kedelai, kacang panjang, kacang hijau, kacang koro, dan melon

“Salah satu material genetik baru tanaman padi yang sudah mendapatkan izin pelepasan varietas dari Kementerian Pertanian yaitu Gamagora 7,” kata dia.

Menurut dia, varietas padi baru dirancang untuk memiliki sifat produktivitas tinggi dengan potensi hasil gabah kering giling mencapai 9,80 ton per hektare per musim. Bahkan mutu citarasa varietas itu menyamai beras pulen dan tahan dinamika cuaca ekstrem.

Taryono mengatakan peningkatan produksi pangan dapat dilakukan melalui dua skenario yaitu perluasan areal tanam atau ekstensifikasi dan optimalisasi operasional produksi atau intensifikasi.

Baca Juga: Jokowi Minta Suplai Pupuk Subsidi Dijaga

Namun demikian, skenario ekstensifikasi pada beberapa tahun ke depan terkendala akibat dari penguasaan lahan per petani yang terus menyempit. Dia menyebutkan pada 1960, rerata penguasaan lahan per petani mencapai 5.000 meter persegi dan pada 2020 menurun signifikan menjadi 2.000 meter persegi.

Karena itu, Taryono menilai pengembangan material genetik baru untuk jenis tanaman pangan diperlukan dalam rangka mewujudkan peningkatan produksi pangan melalui skenario intensifikasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: