Rudal Kh-35: Senjata Baru Rusia yang Bisa Buat Barat Ketar-Ketir
Kredit Foto: Express
Militer Rusia terpantau tengah menguji coba rudal jelajah subsonik Kh-35 dari sistem rudal yang dipasang di atas kapal Armada Pasifik Rusia. Senjata yang diuji tembak di Laut Jepang itu dilaporkan menjadi momok bagi kapal-kapal militer Barat.
Kementerian Pertahanan Rusia, seperti yang dilaporkan kantor berita Tass, Kamis (26/9/2019), mengatakan sasaran rudal jelajah itu adalah laut.
"Rudal jelajah Kh-35 berhasil mencapai target permukaan yang melayang pada jarak lebih dari 50 kilometer. Sekitar 10 kapal perang dan kapal tambahan, serta pesawat terbang dari armada Armada Pasifik, terlibat dalam uji coba," kata kementerian tersebut tanpa merinci tanggal uji coba senjata tersebut.
Baca Juga: Mendarat, Spesialis Militer Rusia Telah Tiba di Venezuela
Sebelumnya, kapal rudal kecil Smerch menembakkan rudal dari meriam otomatis 76-mm AK-176MA universal terbaru dan sistem artileri sistem anti-pesawat AK-630 kaliber kecil 30-mm.
Sebelumnya, perbaikan dan modernisasi kapal rudal kecil Smerch berlangsung di Pusat Perbaikan JSC North Eastern di Kamchatka serta pusat perbaikan kapal Dalzavod di Vladivostok. Selama periode waktu itu, Smerch dipersenjatai kembali dengan sistem rudal jelajah anti-kapal Uran, yang menggantikan sistem rudal Malakhit.
Uji coba senjata ini menyusul pernyataan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu yang mengatakan Moskow tidak membutuhkan kapal induk seperti yang dimiliki Amerika Serikat (AS).
"Kami tidak membutuhkan kapal induk, kami membutuhkan senjata untuk menenggelamkannya," katanya.
Ketegangan antara Barat dan Rusia berada di ujung tanduk sejak Presiden AS Donald Trump menarik AS dari perjanjian nuklir yang dikenal sebagai Perjanjian Angkatan Nuklir Jangka Menengah (INF).
Baca Juga: AS Kirim Pasukan Militer Tambahan ke Arab Saudi, Rusia Mengecam
Ketegangan juga memanas di Timur Tengah seperti yang terungkap pada hari Kamis bahwa Rusia akan memperluas pangkalan udara Khmeimim di Suriah.
Moskow sedang memperluas kemampuan militernya di Suriah dan membangun kembali landasan pendaratan kedua untuk memungkinkan fasilitas itu melayani lebih banyak pesawat.
Shoigu mengatakan militer Rusia berada di Suriah untuk membela rakyatnya.
"AS menghabiskan banyak uang untuk kontraktor militer swasta, pada kapal induk. Nah, apakah Rusia benar-benar membutuhkan lima hingga sepuluh kelompok serangan kapal induk, mengingat kami tidak berniat menyerang siapa pun?," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto