Pemerintah masih berupaya meningkatkan peran sektor industri manufaktur sebagai penggerak utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sejumlah langkah strategis yang disiapkan, antara lain memacu produktivitas, daya saing produk ekspor, dan penguatan struktur manufaktur.
"Untuk menciptakan sasaran tersebut, kita perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif, kemudian mengaktifkan kegiatan R&D, menggerakkan potensi-potensi sektor ekonomi, dan menjaga kondisi makro ekonomi agar tetap stabil," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara pada Workshop Pendalaman Kebijakan Industri dengan Wartawan di Padang, Selasa (8/10/2019).
Menurut Kepala BPPI, hal itu bisa terwujud, apabila ada sinergi lintas kementerian dan kolaborasi dengan seluruh stakeholder terkait. "Karena komitmen ini harus dijalankan secara bersama-sama. Guna mengakselerasinya, kita perlu melakukan transformasi menuju industri 4.0," ungkapnya.
Baca Juga: Tantangan dan Masa Depan Indonesia dalam Era Industri 4.0
Ngakan menegaskan, pihaknya sudah mengukur tingkat kesiapan sejumlah sektor industri di dalam negeri untuk menuju transformasi industri 4.0. Sektor-sektor yang diprioritaskan dalam implementasi tahap awal, sesuai dengan peta jalan Making Indonesia 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri kimia, industri otomotif, serta industri elektronika.
"Alat ukur itu kita namakan Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0), yang tujuannya agar kita bisa mengetahui level kesiapan industri yang bisa kita lakukan assessment. Di samping itu, kami juga sudah membangun ekosistem industri 4.0 dan mengembangkan konsep green industry," paparnya.
Hingga kini, Kemenperin telah melakukan assessment terhadap 326 perusahaan manufaktur. Dari hasil penilaian tersebut, sejumlah perusahaan sudah siap menuju transformasi industri 4.0.
"Selanjutnya, kami juga memberikan bimbingan teknis transformasi industri 4.0, baik itu kepada manager maupun engineer perusahaan," ujarnya.
Mengenai pembentukan ekosistem industri 4.0 atau yang disebut SINDI 4.0 (Ekosistem Indonesia 4.0), Kemenperin berharap SINDI 4.0 dapat menjadi wadah dalam membangun sinergi dan kolaborasi antarpihak untuk mempercepat proses transformasi industri 4.0, koordinasi antarpihak dalam proses transformasi industri 4.0, serta jejaring dan kerja sama anta pihak dalam akselerasi proses transformasi industri 4.0.
Ngakan menambahkan, implementasi Making Indonesia 4.0 guna menyikapi kondisi perekonomian dan industri yang berkembang saat ini. "Apalagi, kita ingin membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Maka itu, kita perlu memasuki industri 4.0, dan ini telah menjadi agenda nasional," imbuhnya.
Penerapan industri 4.0 dinilai mampu mendorong peningkatan produktivitas sektor industri secara lebih efisien. Hal ini karena telah terbangunnya konektivitas melalui pemanfaatan teknologi digital. Misalnya, menggunakan internet of things (IoT) atau artificial intelligence (AI).
Baca Juga: Hadapi Industri 4.0, Pemerintah Harus Ciptakan Regulasi yang Adaptif
"Bahkan, industri 4.0 akan memunculkan pekerjaan baru yang cukup banyak, seperti teknisi untuk memperbaiki robot dan para tenaga ahli untuk mengolah data-data. Apalagi, sekarang banyak aplikasi yang telah berkembang untuk mendukung dalam proses produksi," tuturnya.
Ngakan pun optimistis transformasi industri 4.0 akan mendongkrak kinerja sektor manufaktur nasional. Hal ini akan memperkuat peran industri terus menjadi sektor andalan dalam menopang perekonomian Indonesia. "Industri sebagai kontributor terbesar penerimaan negara, seperti melalui setoran pajak," terangnya.
Pada 2018, realisasi pajak dari sektor industri mencapai Rp363,60 triliun atau menyumbang 30% dari total penerimaan pajak sebesar Rp1.316 triliun. Setoran industri tahun lalu meningkat 11,12% dibanding 2017. Selain itu, industri mampu menyumbang penerimaan cukai sebesar Rp159,7 triliun.
Kemenperin juga mencatat, sepanjang Januari-Juni 2019, pengapalan produk manufaktur nasional mampu menembus hingga US$60,16 miliar. Nilai ini berkontribusi sebesar 74,88% dari capaian ekspor nasional yang menyentuh angka US$80,32 miliar di semester pertama tahun ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: