Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Putin: Ekspansi NATO ke Perbatasan Ancaman Potensial bagi...

        Putin: Ekspansi NATO ke Perbatasan Ancaman Potensial bagi... Kredit Foto: Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin via REUTERS
        Warta Ekonomi, Moskow -

        Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan ekspansi NATO yang semakin dekat dengan perbatasan merupakan ancaman bagi negaranya, karena aliansi itu terus meningkatkan kekuatan mioiter dan menunjuk Moskow sebagai ancaman yang dirasakan.

        Berbicara di acara bertema pertahanan, Putin mengatakan bahwa cara berpikir NATO yang sudah ketinggalan zaman "berfokus pada blok" tidak dapat berfungsi sebagai instrumen yang baik untuk membuat keputusan yang efektif di dunia saat ini.

        Putin merujuk pada KTT NATO, yang saat ini sedang berlangsung di London.? Di pertemuan tersebut anggota blok itu berkumpul untuk merayakan ulang tahun ke-70.

        Baca Juga: AS Gerak Cepat Tempel Rusia, Rupanya Ada Perjanjian Kontrol Senjata tapi Kok Ada Perlucutan?

        "Hari ini kita harus mempertimbangkan fakta bahwa perluasan NATO dan pengembangan infrastruktur militernya di dekat perbatasan kita adalah salah satu ancaman potensial terhadap keamanan negara kita," kata Putin seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (4/12/2019).

        Pemimpin Rusia itu mengatakan bahwa aliansi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) tidak berhenti mengakui negara-negara anggota baru bahkan setelah Perang Dingin berakhir dengan pecahnya Uni Soviet.

        "Seperti yang kita ketahui, Uni Soviet tidak ada lagi, dan begitu juga dengan blok militer Pakta Warsawa, yang diciptakan (oleh Uni Soviet dan sekutunya di Eropa Timur) sebagai tanggapan terhadap pembentukan NATO. Tapi NATO tidak hanya terus ada, tetapi terus berkembang," tuturnya.

        Namun, pemimpin Rusia itu menekankan bahwa Moskow, seperti yang pernah terjadi di masa lalu, tetap siap bermitra dengan NATO dalam memecahkan tantangan yang sebenarnya, seperti terorisme, konflik bersenjata, dan proliferasi senjata pemusnah massal.

        NATO sejah ini telah mengakui 13 anggota baru sejak akhir Perang Dingin, yang beberapa di antaranya adalah negara-negara sosialis. Moskow dengan keras menentang langkah ini sejak 1990-an, bersikeras bahwa perluasan aliansi itu merusak keamanannya dan menciptakan ketegangan di Eropa.

        Meskipun menikmati pertumbuhan, aliansi ini telah mengalami peningkatan masalah internal dan meningkatkan ketegangan di antara para anggotanya belakangan ini. Menjelang KTT ulang tahun, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan aliansi itu mengalami "mati otak," sambil menyatakan keraguan atas komitmen Washington terhadap blok itu.

        Baca Juga: Secara Teknis Anggota NATO Gak Boleh Beli S-400, tapi Kok Turki Melanggar?

        Presiden Prancis memiliki alasan untuk keraguan semacam itu karena timpalannya dari AS Donald Trump berulang kali menyerang negara-negara anggota NATO karena tidak membayar "bagian yang adil" mereka untuk pertahanan kolektif dan "perlindungan" Washington.

        Pernyataan "mati otak" Macron membuat marah banyak anggota NATO, yang bersikeras aliansi itu benar-benar hidup dan kuat. Turki - yang memiliki militer terbesar kedua di blok itu - sangat aktif dalam mengkritik Macron, dengan menuduhnya "mendukung terorisme."

        Ankara pada bagiannya memiliki masalah lebih lanjut dengan NATO, menolak menandatangani rencana pertahanan baru untuk Baltik dan Polandia, dan menuntut dukungan "tanpa syarat" untuk operasinya terhadap milisi yang dipimpin Kurdi Suriah. Serangan itu sebelumnya sangat dikecam oleh negara-anggota NATO.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: