Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Makin Tekan Emmanuel Macron, Mogok Kerja Berlanjut Hingga Pekan Depan

        Makin Tekan Emmanuel Macron, Mogok Kerja Berlanjut Hingga Pekan Depan Kredit Foto: (Foto/Reuters)
        Warta Ekonomi, Paris -

        Serikat buruh Prancis menyerukan unjuk rasa dan mogok kerja menentang reformasi pensiun berlanjut hingga pekan depan. Langkah ini semakin menekan Presiden Emmanuel Macron.

        Komuter menghadapi gangguan parah untuk berangkat dan pulang kerja pada Jumat (6/12). Banyak rumah sakit kekurangan staf dan Paris City Hall menyatakan puluhan sekolah di Paris akan tetap tutup.

        Situasi ini terjadi saat serikat buruh menentang rencana Macron merampingkan salah satu sistem pensiun paling besar di dunia. Para pekerja transportasi menggelar mogok kerja sejak Kamis (5/12) dan turun ke jalan menyuarakan tuntutannya.

        Baca Juga: Dukung Pernyataan Macron, Rusia: Eropa Barat Harus Terlibat Perundingan Senjata Nuklir

        Aksi unjuk rasa dan mogok kerja juga diikuti oleh para guru, dokter, polisi, pemadam kebakaran dan pegawai negeri sipil (PNS). Asap dan gas air mata menyelimuti beberapa wilayah Paris dan Nantes saat unjuk rasa berubah menjadi kerusuhan.

        Para pemimpin serikat buruh menyatakan pekerja publik harus tetap mogok kerja hingga Selasa (10/12) saat mereka mendesak para anggotanya kembali turun ke jalan.

        "Serikat buruh akan bertemu pada Selasa (10/12) malam untuk memutuskan aksi kita selanjutnya jika kemudian Macron dan Perdana Menteri (PM) Edouard Philippe tidak membuka negosiasi," ujar Catherine Perret dari serikat buruh sayap kiri CGT.

        Mogok kerja kali ini menjadi tekanan besar bagi Macron yang menjabat sejak 2017 dengan janji membuka perekonomian Prancis. Serikat buruh menganggap Macron berupaya melucuti berbagai proteksi yang kini dimiliki para pekerja.

        "Kami akan protes selama sepekan paling tidak, dan pada akhir pekan, pemerintah harus mundur," ujar pegawai transportasi Paris Patrick Dos Santos, 50.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Shelma Rachmahyanti

        Bagikan Artikel: