Ekonomi Indonesia diyakini bakal makin baik di tahun 2020 mendatang. Omnibus Law yang dicanangkan pemerintah jadi jurus sakti untuk menggenjot perekonomian di tahun depan.
Demikian yang disampaikan Chief Economist BNI, Ryan Kiryanto, saat Pelatihan Wartawan Bank Indonesia (BI) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Senin (9/12/2019).
Baca Juga: Sandi: Ekonomi Tumbuh Kita Jangan Cuma Jadi Penonton
Omnibus Law merupakan suatu UU yang dibuat untuk menyasar satu isu besar yang mungkin dapat mencabut atau mengubah beberapa UU sekaligus sehingga menjadi lebih sederhana. Pemerintah sedang menyusun omibus law yang tujuan akhirnya adalah mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Ada tiga yang disasar pemerintah dengan omnibus law yakni terkait UU cipta lapangan kerja dan pemberdayaan UMKM.
"Kenapa 2020 kami yakin lebih baik dari tahun ini? Ada jurus sakti yang namanya omnibus law. Itu untuk penciptaan lapangan kerja ada 74 UU yang dijadikan satu UU," ujar Kiryanto.
Dia melanjutkan, pemerintah juga akan mengkaji omnibus law terkait perpajakan. Di dalam omnibus law UU perpajakan nantinya pemerintah akan memberikan sejumlah insentif di beberapa bidang dan sektor. "Nanti pemerintah akan banyak obral pajak, training and development ada insentif pajak 300%," tambahnya.
Selain itu, tujuh perintah Presiden Joko Widodo kepada menterinya akan menjadi garansi pemerintah untuk menuju perekonomian yang lebih baik dan maju di tahun 2020.
Adapun tujuh perintah tersebut meliputi jangan korupsi, ciptakan sistem yang menutup celah terjadinya korupsi; tidak ada visi misi menteri, yang ada visi misi Presiden-Wakil Presiden; kerja cepat, kerja keras, kerja produktif; jangan terjebak rutinitas yang monoton; kerja berorientasi pada hasil nyata, tugas kita tidak hanya menjamin sent, tapi delivered; selalu cek masalah di lapangan dan temukan solusinya; semuanya harus serius dalam bekerja, yang tidak bersungguh-sungguh, tidak serius, bisa dicopot di tengah jalan.
"Tujuh perintah itu menjadi garansi kita dan kami yakini angka (pertumbuhan ekonomi) 5,1% atau bahkan 5,5% posible kalau kita lebih produktif lagi," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Puri Mei Setyaningrum