Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Partai PM Johnson Menang Pemilu Inggris, Realisasi Brexit Makin Nyata

        Partai PM Johnson Menang Pemilu Inggris, Realisasi Brexit Makin Nyata Kredit Foto: Reuters
        Warta Ekonomi, London -

        Partai Perdana Menteri (PM) Boris Johnson, Partai Konservatif, merebut mayoritas dari 650 kursi parlemen dalam pemilu Inggris. Kemenangan ini memberinya kekuatan untuk merealisasikan keputusan Brexit (British Exit) atau Inggris keluar dari Uni Eropa (UE) 31 Januari 2020.

        Pemilu digelar hari Kamis waktu London. Menurut exit poll, Partai Konservatif memenangkan 368 kursi, dan itu cukup menjadi mayoritas di parlemen yang berisi 650 kursi. Partai Buruh memenangkan 191 kursi, Partai Nasional Skotlandia 55 kursi, dan Partai Demokrat Liberal 13 kursi.

        Exit poll adalah survei yang dilakukan segera setelah pemilih meninggalkan tempat pemungutan suara. Artinya, exit poll bukan hasil resmi komisi pemilu Inggris, namun hasil resminya yang akan diumumkan tujuh jam setelah pemungutan suara tak akan jauh dari penghitungan tersebut.

        Baca Juga: PM Johnson Harap Menang Pemilu untuk Raih Mayoritas di Parlemen

        Dalam lima pemilu nasional terakhir, hanya satu exit poll yang hasilnya salah. Yakni, pada tahun 2015 ketika exit poll memperkirakan parlemen dalam situasi "digantung" ketika sebenarnya Partai Konservatif memenangkan mayoritas kursi dengan merebut 14 kursi lebih banyak dari perkiraan.

        Kemenangan sementara ini akan membuat PM Johnson bergerak cepat untuk meratifikasi kesepakatan Brexit yang ia buat dengan Uni Eropa sehingga Inggris dapat benar-benar hengkang dari Uni Eropa pada 31 Januari, 10 bulan lebih lambat dari yang direncanakan sebelumnya. Johnson menyerukan pemilu Natal pertama sejak 1923 untuk memecahkan apa yang dia katakan sebagai kelumpuhan sistem politik Inggris setelah lebih dari tiga tahun krisis tentang bagaimana, kapan atau bahkan jika negara itu meninggalkan Uni Eropa.

        Dengan kampanye "Leave" dalam referendum 2016, Johnson yang berusia 55 tahun bertarung dalam pemilu di bawah slogan "Get Brexit Done", berjanji untuk mengakhiri kebuntuan dan membelanjakan lebih banyak anggaran untuk kesehatan, pendidikan, dan polisi.

        Exit poll ini diproduksi oleh tiga lembaga penyiaran; BBC, ITV dan Sky, yang bekerja sama untuk bersama-sama menghasilkan survei serupa dalam tiga pemilu terakhir.

        Strategi Johnson adalah untuk merobohkan apa yang disebut "Tembok Merah" Partai Buruh dari kursi di daerah-daerah pendukung Brexit di Midlands dan Inggris utara di mana ia melemparkan lawan-lawan politiknya sebagai musuh Brexit yang tidak tersentuh.

        Setelah 31 Januari 2020, Inggris akan memasuki masa transisi di mana negara itu akan menegosiasikan hubungan baru dengan "EU27" atau 27 negara anggota Uni Eropa. Proses itu dapat berjalan sampai akhir Desember 2022 di bawah aturan saat ini, tetapi Partai Konservatif membuat janji pemilu untuk tidak memperpanjang periode transisi setelah akhir 2020.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Shelma Rachmahyanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: