Anggota Keluarga 'Kuat' Filipina Ditangkap karena Kasus Pembunuhan Puluhan Orang
Sebuah pengadilan di Filipina menyatakan salah seorang anggota keluarga terkuat di Maguindanao, bersalah atas pembantaian terburuk di negara itu.
Pada 2009, sebanyak 58 orang, di antaranya adalah 32 wartawan tewas saat rombongan kendaraan mereka diserang di Maguindanao, Filipina Selatan.
Mengutip BBC, Kamis (19/12/2019) pengadilan memutuskan Datu Andal Ampatuan dan Zaldy Ampatuan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Saudara ketiga keduanya dibebaskan.
Baca Juga: Gempa Dahsyat Guncang Filipina
Ayah dari dua bersaudara, Andal Ampatuan Sr, yang juga didakwa, meninggal pada 2015 di tahanan.
Ampatuan bersaudara menyangkal semua tuduhan dan mengatakan mereka akan mengajukan banding terhadap putusan.
Pembantaian
Provinsi Maguindanao yang bergolak selama bertahun-tahun telah diperintah oleh keluarga Ampatuan, yang menduduki hampir semua jabatan politik di daerah tersebut.
Namun dalam pemilihan gubernur provinsi, muncul saingan dari keluarga berpengaruh lainnya, yaitu Esmael Mangudadatu.
Pada 23 November 2009, sebuah konvoi kendaraan yang membawa istri, saudara perempuan dan saudara perempuan lainnya berangkat dari daerah Pakudadudad menuju KPU setempat untuk mendaftarkan calon gubernur mereka.
Baca Juga: Filipina Akhiri Darurat Militer di Mindanao
Sekelompok 32 jurnalis dan pekerja media juga hadir di sana untuk memberitakan moment, total 58 orang hadir.
Rombongan dicegat oleh antek yang dikirim oleh anggota klan Ampatuan, dan dibawa ke puncak bukit lalu ditembak. Tubuh mereka ditemukan di kuburan massal.
"Istri saya tertembak 17 kali. Mereka menembak payudaranya, bagian pribadinya. Saya tidak bisa melupakan itu," kata Mangudadatu, yang kemudian terpilih menjadi gubernur Maguindanao.
Para korban sebagian besar adalah kerabat perempuan Mangudadatu dan jurnalis yang meliput berita tersebut.
Tidak ada kerabat laki-laki Mangudadatu yang ikut dalam konvoi, karena mereka takut akan diserang keluarga Ampatuan. Mangudadatu mengatakan dia tidak berpikir wanita akan diserang.
Dalam persidangan, sekira 80 orang termasuk polisi juga juga telah dinyatakan bersalah atas kasus tersebut.
Komite Perlindungan Melindungi Jurnalis Filipina (CPJ) menggambarkan pembantaian itu merupakan peristiwa yang paling mematikan bagi jurnalis dalam sejarah Filipina.
"Para pengamat berpendapat [bahwa] kekuatan keluarga Ampatuan dan jaringan sekutu serta kontaknya yang luas itu sendiri merupakan ancaman bagi persidangan," kata International Press Institute (IPI).
Menurut IPI, seorang juru bahasa pengadilan berhenti setelah ia diduga diancam oleh para Ampatuan.
Beberapa anggota keluarga almarhum juga dilaporkan mengatakan bahwa ada yang menawarkan mereka uang untuk menarik diri dari kasus ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: