Top! Indonesia Kini Punya Black Eagle, Ini Drone-drone Top Dunia
Indonesia akhirnya memiliki pesawat nirawak atau unmanned aerial vehicle (UAV/drone) buatan sendiri bernama Black Eagle. UAV ini hasil kerja sama dari konsorsium enam lembaga dan dan PT Dirgantara Indonesia (DI).
Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro mengatakan roll out Black Eagle menandai dimulainya tahapan terbang yang diharapkan dilakukan pada 2020. Pesawat nirawak ini ditargetkan beroperasi tahun 2024 setelah mendapatkan sejumlah uji sertifikasi.
"Pada 2020 akan dibuat dua unit prototipe. Nanti masing-masing untuk tujuan uji terbang dan uji kekuatan struktur di BPPT. Di tahun yang sama, proses sertifikasi produk militer juga akan dimulai dan diharapkan pada akhir tahun 2021 sudah mendapatkan sertifikat tipe dari Pusat Kelaikan Kementerian Pertahanan RI," kata Elfien, Senin (30/12/2019).
Baca Juga: Jet Tempur Iran Jatuh saat Latihan, Laporan Nyatakan Pesawatnya Buatan Rusia
UAV menjadi simbol gengsi bagi setiap militer negara di dunia. Beberapa negara telah mengoperasikan UAV tak hanya untuk misi pengintaian atau mata-mata, tapi juga untuk perang.?
Begini rangkuman beberapa drone terkenal dunia. Berikut rinciannya;
1. General Atomics MQ-1 Predator
Foto/REUTERS
Asal: Amerika Serikat
Pabrikan: General Atomics Aeronautical Systems
Senjata yang Digunakan: Rudal AGM-114 Hellfire
Peran: Pesawat tempur nirawak atau unmanned combat aerial vehicle (UCAV)
Penerbangan Perdana: 3 Juli 1994
Masuk Layanan Militer: Tahun 1995
Pengguna: Angkatan Udara AS (sudah pensiun) dan CIA, Angkatan Udara Italia, Angkatan Udara Turki
Angkatan Udara Kerajaan Maroko
Diproduksi: 1995-2018
Nomor Pembuatan: 360 (285 RQ-1, 75 MQ-1)
Biaya Program: USD2,38 miliar (estimasi tahun 2011)
Harga Per Unit: USD4,03 juta (harga tahun 2010)
Terlibat Pertempuran: Perang di Afghanistan, Pakistan, intervensi NATO di Bosnia, Serbia, Perang Irak, Yaman, perang saudara Libya 2011, intervensi AS 2014 di Suriah, dan operasi di Somalia.
Kekuatan Terbang: Terbang hingga 740 km ke target, bisa melayang di udara selama 14 jam.
Varian: General Atomics MQ-1C Gray Eagle
Pengembangan: Dikembangkan menjadi General Atomics MQ-9 Reaper
2. Northrop Grumman RQ-4 Global Hawk
Foto/REUTERS
Asal: Amerika Serikat (AS)
Pabrikan: Northrop Grumman
Peran: Unmanned aerial vehicle (UAV) pengintaian atau drone mata-mata
Penerbangan Pertama: 28 Februari 1998
Status: Masih aktif dalam layanan militer AS
Pengguna utama: Angkatan Udara AS, NASA, NATO
Diproduksi: Tahun 1998-sekarang
Nomor Pembuatan: 42 RQ-4B
Biaya Program USD10 miliar (biaya tahun 2014)
Harga Per Unit: USD131,4 juta (tahun 2013), Sekarang sekitar USD222,7 Juta
Pengembangan: Dikembangkan jadi Northrop Grumman MQ-4C Triton
Kehebatan: UAV ini dapat mensurvei area seluas 40.000 mil persegi sehari, area seukuran Korea Selatan atau Islandia.
Informasi lain: RQ-4 Global Hawk terkenal setelah beberapa bulan ditembak jatuh IRGC Iran dengan rudal.
3. S-70 Okhotnik
Foto/Kementerian Pertahanan Rusia/Screeshot YouTube
Asal: Rusia
Peran: Pesawat tempur nirawak atau unmanned combat aerial vehicle (UCAV)
Pabrikan: Sukhoi
Penerbangan Perdana: 3 Agustus 2019
Status: Masih dalam pengembangan
Pengguna utama: Angkatan Udara Rusia
Diproduksi 2017 sampai sekarang
Biaya program RUB1, 6 miliar
Kehebatan: Diklaim mencakup beberapa teknologi jet tempur Sukhoi generasi kelima Su-57
4. Saegheh-2
Asal: Iran
Peran: UAV multifungsi
Pabrikan: Shahed Aviation Industries
Penerbangan Pertama: November 2014
Status: Layanan aktif militer Iran
Pengguna Utama: Angkatan Udara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran
Diproduksi: Tahun 2010 hingga sekarang
Kemampuan: Mampu melakukan serangan senjata (klaim media Iran)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: