2020, AS Ancam Lebih Banyak Sanksi untuk Negara Timur Tengah Ini
Pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang bersiap-siap menjatuhkan lebih banyak sanksi terhadap Iran pada 2020. Ancaman sanksi ini diungkap seorang pejabat Departemen Luar Negeri di Washington.
Washington ancang-ancang menghajar Teheran dengan banyak sanksi ketika AS sedang berupaya mengendalikan program nuklir Iran dan perilaku rezim para Mullah itu di kawasan regional yang dianggap AS sebagai agresi.
"Akan ada lebih banyak sanksi yang akan datang, dan masalah ekonomi Iran serta tantangan akan bertambah pada tahun 2020," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri pada hari Senin kepada wartawan.
Baca Juga: Media AS Laporkan Hampir 500 Ribu Anak Muslim Uighur Dikirim ke Xinjiang oleh Rezim China
"Mereka sudah jauh ke dalam resesi, dan kami juga melihat Iran berada di bawah isolasi diplomatik yang lebih besar," ujar pejabat senior tersebut, yang dikutip CNBC, Selasa (31/12/2019), tanpa disebutkan namanya.
Pejabat Departemen Luar Negeri lainnya menambahkan bahwa pemerintahan Donald Trump telah memberi sanksi kepada sekitar 1.000 orang dan entitas yang terkait dengan kegiatan "fitnah" Iran.
"Apa yang kami lakukan adalah menghalangi pendapatan rezim yang dibutuhkan untuk menjalankan kebijakan luar negeri ekspansionis, dan dengan kebijakan itu, Iran memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan hari ini daripada yang dilakukan hampir tiga tahun lalu ketika kami mulai menjabat," ujar pejabat tersebut.
Baca Juga: Rusia: Serangan AS pada Irak dan Suriah Contoh Nyata Terorisme
Pengungkapan rencana penjatuhan sanksi terbaru ini muncul setelah serangan udara militer AS di Irak dan Suriah pada hari Minggu terhadap kelompok milisi Kataib Hizbullah yang didukung Iran.
Presiden Donald Trump memerintahkan "serangan pertahanan presisi" pada lima fasilitas Kataib Hizbullah setelah serangan sekitar 30 roket terhadap pangkalan militer Irak yang menampung pasukan AS di pinggiran Kirkuk, Jumat pekan lalu. Serangan puluhan roket itu menewaskan seorang kontraktor sipil AS dan melukai beberapa tentara AS.
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Michael Pompeo menyalahkan pasukan milisi yang didukung Iran atas serangkaian serangan terhadap pangkalan-pangkalan di Irak dan memperingatkan bahwa setiap serangan di masa depan terhadap Amerika atau sekutunya akan dijawab dengan respons yang tegas.
"Selama perilaku memfitnahnya terus berlanjut, demikian juga kampanye kami pada tekanan maksimum," kata Pompeo saat konferensi pers 11 Desember di Departemen Luar Negeri.
Ketegangan antara Teheran dan Washington telah melonjak menyusul penarikan sepihak AS dari perjanjian multinasional tentang nuklir Iran 2015 yang diperantarai oleh pemerintahan Barack Obama.
Perjanjian nuklir 2015 itu mengamanatkan pencabutan sanksi terhadap Iran yang telah melumpuhkan ekonomi dan memotong setengah dari ekspor minyaknya. Sebagai imbalannya, Iran bersedia mengekang aktivitasnya pada program nuklir dan mengizinkan pengawas internasional memeriksa fasilitas nuklir negara para Mullah tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: