Setelah dua pekan diimplementasikan, kualitas mesin kendaraan yang menggunakan B30 kembali dipertanyakan. Adapun isu kasus penumpukan yang terdapat dalam filter mesin, hanya dapat berlaku untuk unit lama yang menggunakan B0. Jika dari awal sudah menggunakan B20, maka tidak akan ada masalah pada mesin kendaraan.
Keberhasilan dari penggunaan B30 bergantung pada tiga faktor, yaitu kualitas bahan bakar, handling bahan bakar, serta kompatibilitas material terhadap bahan bakar tersebut. Apabila ada kerusakan, maka ketidaksesuaian dari salah satu atau lebih ketiga faktor tersebutlah yang menjadi sumbernya.?
Campuran fatty acid methyl esther (FAME) dari penyulingan kelapa sawit yang terdapat dalam B30 sudah melewati serangkaian persiapan dan pengujian, di antaranya revisi SNI biodiesel, uji jalan hingga menempuh jarak 640 km dengan melewati berbagai trek, kesiapan produsen biodiesel, metode handling system, penyimpanan yang tepat, serta kesiapan infrastruktur dan telah menunjukkan hasil yang baik.
Baca Juga: Tahun Depan, Pertamina Bidik Seluruh SPBU Sudah Salurkan B30
Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna juga menegaskan, "Implementasi program mandatori biodiesel, termasuk B30 dijalankan dengan perencanaan yang matang dan sistematis serta melalui serangkaian uji komprehensif dan konstruktif untuk memastikan implementasinya tepat sasaran, tidak menimbulkan kerugian dan kerusakan mesin kendaraan dan justru berperan dalam meningkatkan kualitas lingkungan."
Sebelumnya, implementasi B20 pada 2018 mampu menyerap 3,75 juta kiloliter FAME dan menghemat devisa sebesar US$1,89 miliar atau Rp26,27 triliun, menciptakan lapangan pekerjaan bagi 482.000 orang, serta menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 5,61 juta ton CO2.
Pada 2019, pemanfaatan B20 menyerap 6,26 juta kiloliter FAME dan menghemat devisa US$2,92 miliar atau setara dengan Rp42,05 triliun, menciptakan lapangan pekerjaan bagi 801.000 orang, serta menurunkan emisi GRK 9,51 juta ton CO2.
Implementasi B30 pada 2020 ini ditargetkan akan mampu menyerap 9,6 juta kiloliter FAME atau sekitar 2,6 juta ton minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan mampu menghemat devisa mencapai US$4,4 miliar atau Rp63,4 triliun, menciptakan lapangan pekerjaan bagi 1,2 juta orang serta menurunkan emisi GRK sebesar 14,34 juta ton CO2.
Baca Juga: Gils! Penerapan B30 Bisa Hemat Devisa Rp63 T hingga Kurangi Impor . . .
Feby menambahkan, "Melalui komitmen dan pemahaman yang tepat dari semua pihak, implementasi B30 dapat berjalan dengan lancar dengan tujuan untuk memenuhi komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi GRK sebesar 29% dari BAU (business as usual) pada 2030, meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi, stabilisasi harga CPO, meningkatkan nilai tambah melalui hilirisasi industri kelapa sawit, memenuhi target 23% kontribusi EBT dalam total bauran energi pada 2025, mengurangi konsumsi dan impor BBM, mengurangi emisi GRK, dan memperbaiki defisit neraca perdagangan."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: