Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Cuma Bikin Ruwet, Pak Amien, Stop Campuri Urusan Kongres PAN

        Cuma Bikin Ruwet, Pak Amien, Stop Campuri Urusan Kongres PAN Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Salah satu pendiri PAN, Abdillah Toha meminta agar Amien Rais untuk tidak ikut campur dengan urusan sistem demokrasi partai.?

        Hal tersebut disampaikan terkait sikap Amien yang cenderung ikut campur terlalu dalam di PAN soal pelaksanaan kongres bulan depan.?

        "Ya sudahlah, yang lalu-lalu kan selalu ikut campur, itu kan urusan sistem demokrasi di partai. Sudah waktunyalah melepaskan ini ke yang muda-muda. Sudahlah Pak Amien jangan ikut campur lagi," katanya, di Jakarta, Sabtu,? (18/1/2020).?

        Baca Juga: Amien Rais Dukung Zulkifli Hasan Jadi Ketum PAN, Hatta Rajasa Pasang Badan Dukung. . . .

        Baca Juga: Amien Rais: Pak Jokowi, Tolong Jangan Wariskan Masalah, Jangan!!

        Sambungnya, "Jangan ada tekanan-tekanan dari Pak Amien lah, Pak Amien harus membiarkan, partai jangan tergantung ke pak Amien," tambahnya.

        Lanjutnya, ia juga mengungkapkan bahwa banyak pihak yang merasa keberatan dengan tekanan yang dilakukan Amien selama ini. Meskipun, dalam hal ini, ia tak menjelaskan apa saja tekanan tersebut.

        "Ya tafsirkan sendiri ikut campurnya bagaimana? Banyak yang keberatan. Bikin ruwet," tegasnya.

        Sekedar informasi, Rakernas PAN direncakan sendiri akan berlangsung pada (12/2) di Sulawesi Tenggara. Sejumlah nama Ketua Umum baru periode 2020-2025 sudah bermunculan yakni Zulkifli Hasan, Mulfachri Harahap, dan Asman Abnur.

        Bahkan, salah satu calon yakni Mulfachri Hararap akan berpasangan dan maju dengan Putra Amien Rais yakni Hanafi Rais sebagai Sekjen.?

        Terkait itu, Pengamat Politik Universitas Al-azhar Ujang Komarudin menilai majunya Hanafi berpasangan dengan Mulfachri merupakan upaya Amien Rais untuk membangun dinasti politik.?

        "Kasus dinasti politik di Indonesia masih banyak diwarnai dinasti politik yang buruk. Karena banyak pejabat yang dihasilkan dari dinasti politik itu korup dan cenderung membangun oligarki," tegasnya.

        Ujang menambahkan dinasti politik biasanya juga akan menyebabkan kinerja? partai tersebut melempem alias tidak berkembang.?

        "Jika yang diangkat dari kalangan keluarganya tak punya kemampuan, lalu kinerjanya melempem," tandas dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: