Kesal, Dokter di Wuhan Beberkan Lambatnya Pemerintah Setempat Atasi Virus Corona
Pemerintah Kota Wuhan mengalami tekanan dan diminta bertanggung jawab atas penyebaran wabah virus corona yang sejauh ini telah menewaskan 56 orang, dan menginfeksi lebih dari 1.900 orang di China. Dalam sebuah surat kepada Komisi Kesehatan Nasional, seorang dokter yang mengaku berasal dari rumah sakit ternama di Wuhan menuding lambatnya respons pemerintah setempat dalam menangangi wabah virus corona.
Dokter yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan, jumlah pasien yang terinfeksi virus corona telah meningkat sejak 12 Januari. Namun, otoritas kesehatan setempat tidak melaporkan ada kasus baru.
Baca Juga: Tak Hanya Memuji Komitmen, Paus Fransiskus Juga Doakan China buat Atasi Virus Korona
"Pasien-pasien ini tidak dikarantina dengan tepat waktu, atau menerima perawatan medis yang memadai. Mereka juga dapat melakukan perjalanan di setiap sudut kota," tulis dokter tersebut, dilansir South China Morning Post, Minggu (26/1/2020).
Dokter itu menyatakan, pihaknya telah memperingatkan agar pasien dan masyarakat mengenakan masker wajah serta menghindari daerah ramai. Namun peringatan itu tidak ditanggapi dengan serius.
?Kemudian, ketika kami memperingatkan pasien dan masyarakat untuk memakai masker dan menghindari daerah yang ramai, mereka tidak menganggapnya serius dan berpikir kami melebih-lebihkan, dan bahkan beberapa staf medis, termasuk ahli bedah tidak percaya dan tidak mau mengambil tindakan pencegahan dasar," tulis dokter itu dalam pernyataannya.
Dalam upaya pencegahan wabah virus corona, otoritas lokal di Wuhan mengeluarkan larangan operasional transportasi umum pada Kamis (23/1/2020) lalu. Langkah serupa juga dilakukan oleh provinsi lain di China. Seluruh penduduk China disarankan agar tidak bepergian selama liburan Tahun Baru Imlek.
Namun larangan tersebut menimbulkan kekhawatiran, sebab rumah sakit menjadi kekurangan tenaga medis dan peralatan. Seorang perawat dari sebuah rumah sakit di Kota Huangshi, sekitar 100 kilometer dari Wuhan mengatakan, rumah sakit tempatnya berdinas mengalami kekurangan peralatan medis.
"Kami bahkan tidak memiliki cukup masker. Setiap departemen diberikan lima masker setiap hari, sementara dokter dan perawat harus siaga selama 24 jam," ujar perawat yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Setidaknya 24 rumah sakit di Wuhan dan kota-kota kecil lainnya telah meminta bantuan peralatan medis sejak Kamis. Mereka meminta pasokan masker, kacamata pelindung, dan pakaian medis. Karena, perawat dan dokter berisiko tinggi terkena paparan virus corona. Salah satunya adalah Rumah Sakit Jiangshan Union yang membutuhkan pasokan peralatan kesehatan.
"Kami meminta bantuan publik agar kami dapat merawat pasien lebih baik," ujar pernyataan rumah sakit itu.
Pemimpin redaksi Global Times, Hu Xijin mengatakan, China semestinya lebih siap menghadapi wabah dan mengambil langkah pencegahan. Sebab, China telah memiliki pengalaman ketika wabah virus SARS meluas pada 2002 silam.
"Kami telah memiliki pengalaman ketika SARS terjadi, dan wabah ini mirip SARS. Wabah ini seharusnya tidak terjadi di China yang mempunyai standar medis canggih dan kemampuan organisasi sosial. Saya pribadi percaya bahwa Wuhan dan otoritas kesehatan nasional harus bertangung jawab," tulis Hu dalam platform media sosial Weibo.
Hu mengatakan, peran media dalam mengorek informasi dari pemerintah cukup lemah. Sebab, otoritas lokal membatasi wartawan untuk mencari informasi mengenai wabah virus korona yang kini semakin meluas di belahan negara lain.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: