Raja Malaysia Temui Anggota Parlemen Tanggapi Krisis Politik, tapi Respons dari Faksi-faksi...
Raja Malaysia bertemu para anggota parlemen di hari kedua pada Rabu (26/2/2020) untuk mengakhiri krisis politik dengan menemukan seseorang yang dapat membentuk pemerintahan atau menyerukan pemilu baru.
Langkah ini dilakukan raja setelah Mahathir Mohamad secara mengejutkan mengundurkan diri dari posisi perdana menteri (PM).
Baca Juga: Mundurnya Mahathir Sebagai PM Malaysia karena Ingin Menjaga Integritas
Para politisi dari koalisi Pakatan Harapan (PH) yang sebelumnya mengusung Mahathir (94), menyatakan mereka yakin sudah dalam jalur untuk membentuk pemerintahan baru setelah Mahathir mengungkap rencana untuk pemerintahan bersatu yang ditolak oleh kubu lawan.
"Tampaknya koalisi pemerintahan mana pun harus memiliki PH," ujar Ong Kian Ming, salah satu anggota parlemen Malaysia.
Mahathir merupakan tokoh sangat penting dalam politik Malaysia selama beberapa dekade terakhir. Dia mundur dari posisi PM tapi segera ditunjuk oleh raja sebagai PM sementara dengan wewenang penuh.
Raja telah bertemu semua 222 anggota parlemen selama dua hari terakhir. Mereka yang mengikuti pertemuan itu menyatakan mereka diminta menyebut nama yang didukung sebagai PM atau apakah mereka menginginkan pemilu baru.
Meski beberapa politisi secara terbuka mendukung Mahathir agar tetap menjabat, belum jelas apakah jumlah mereka sudah cukup untuk mendukungnya agar Mahathir mempertahankan kekuasaan.
Di sisi lain, masih belum pasti apakah ada dukungan bagi kandidat lain seperti Anwar Ibrahim (72), yang bersama Mahathir membawa PH meraih kemenangan dalam pemilu 2018.
Para anggota parlemen yang mendukung Anwar tiba di istana dengan naik bus dua tingkat dengan atap terbuka sambil meneriakkan "Reformasi".
Hubungan Anwar dan Mahathir telah membentuk politik Malaysia selama lebih dari 20 tahun dan memicu krisis terbaru, setelah Mahathir menolak tekanan untuk menetapkan tanggal bagi pemindahan kekuasaan pada Anwar seperti yang pernah dijanjikan.
"Kami perkirakan ada banyak ketidakpastian dari krisis politik di Malaysia dalam beberapa pekan mendatang, karena kemungkinan masa politisasi intensif yang lama," papar pernyataan Fitch Solutions, lembaga analis ekonomi.
Selain diwarnai hubungan personal, politik Malaysia juga dibentuk oleh perbedaan etnik dan kepentingan agama. Meski lebih dari setengah total 32 juta warga Malaysia adalah Melayu, tapi negara itu juga memiliki banyak keturunan China, India dan minoritas lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: