Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Budayawan Kepulauan Riau Turun Tangan Beber Sejarah Lengkap Sebelum Malaysia Eksis, Mahathir Minder!

Budayawan Kepulauan Riau Turun Tangan Beber Sejarah Lengkap Sebelum Malaysia Eksis, Mahathir Minder! Kredit Foto: Wikimedia Commons/Chatham House
Warta Ekonomi, Bintan, Kepulauan Riau -

Pernyataan mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad belum lama ini bahwa Kepulauan Riau (Kepri) seharusnya diklaim jadi bagian dari negara Malaysia, menjadi kontroversi.

Sejumlah tokoh dan budayawan Melayu di Kepulauan Riau akhirnya angkat bicara dan menjelaskan melalui sejarah Kepulauan Riau.

Baca Juga: Gara-gara Mahathir, Seluruh Malaysia Dibuat Cemas, Operasi Dwikora Sukarno Diungkit Lagi

Sastrawan dan budayawan Melayu, Rida K Liamsi menegaskan, Mahathir Mohamad tidak memiliki dasar mengklaim Kepulauan Riau. Bahkan menurut tokoh Kepulauan Riau ini, Indonesialah yang bisa mengklaim Johor dan Singapura, Pahang serta Terengganu, sebagai bahagian dari Indonesia.

Namun demikian, dikatakan Rida K Liamsi yang dianugerahi Datok Seri Lela Budaya ini, menyampaikan setelah berdirinya Malaysia sebagai negeri yang merdeka, dengan wilayah persekutuan yang ada sekarang ini, secara politik klaim berdasarkan jejak kesejarahan yang lalu itu sudah selesai dan tidak relevan lagi.

"Jauh dari kontroversi ini, dalam hal hubungan budaya rumpun bangsa melayu ini akan tetap hidup dan tetap merasa serumpun dan sebangsa, meskipun dengan raja yang berbeda," kata Rida, Rabu (22/6/2022).

Dalam tulisanya, Rida menjelaskan, ketika Sultan Mahmud Syah Melaka wafat tahun 1528 di Pekan Tua, Kampar (Indonesia sekarang), dia digantikan anaknya Alaudin Riayat Syah sebagaI Sultan Melaka.

Karena terus menerus dalam ancaman Portugis dan konflik politik sesama penerus Melaka, di Pekan Tua, Alaudin pergi ke Pahang dan ingin menjadi Sultan di sana, karena Pahang meski jadi kerajaan sendiri, tapi tunduk ke Melaka.

Tetapi dia telah ditolak oleh penerus Melaka lainnya yang berkuasa di Pahang (dinasti Muhammad Syah), lalu Alaudin pergi ke Johor.

Dan dia diterima di negeri yang tidak beraja ini, dan kemudian mendirikan kerajaan di sana. Sejak 1529 itu sampai tahun 1721, kerajaan itu disebut kerajaan Johor (Pahang, Terengganu, dan Riau).

Pertanyaannya, lanjut Rida, mengapa kerajaan ini tidak disebut kerajaan Melaka. Bukankah para pendiri dan penerusnya adalah keturunan Sultan Melaka Mahmud Syah, setidaknya sampai tahun 1699 penyebabnya antara lain, karena sejak eksis di tanah Johor di ujung selatan semenanjung Melaka itu, tidak sekalipun kerajaan ini pindah pusat pemerintahannya kembali dan berpusat di Melaka.

Bahkan tahun 1641, ketika Johor yang dibantu Belanda berhasil menyingkirkan Portugis dari Melaka, Johor malah menyerahkan Melaka pada Belanda kala itu.

Rida menyampaikan kenyataan demikian juga terjadi dengan kerajaan Kesultanan Riau (Johor, Pahang, dan Lingga) yang eksis sejak tahun 1722 di Hulu sungai Riau (sungai Carang sekarang) di pulau Bintan, Kepulauan Riau.

Sampai kesultanan ini runtuh ditelan Belanda tahun 1912, tidak sekalipun pindah ke Johor atau semenanjung tanah Melayu. Bahkan ibu kota pemerintahannya tahun 1787, pernah pindah ke Daik (Lingga), dan tahun 1900, pindah ke Penyengat.

Jadi mengapa kesultanan ini disebut kesultanan Johor, Pahang, dan Riau. Karena memang Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah (Dipertuan Besar), kesultanan Riau yang pertama, adalah putera Tun Abdul Jalil, Sultan Johor yang disingkirkan Raja Kecik (keturunan darah Melaka) tapi Sultan Sulaiman sama seperti Alaudin Riayat Syah (Melaka) tidak sekalipun berniat memindah pusat pemerintahannya ke Johor.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: