Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menunggu Corona Ambyar, Masak Cuma Menantikan Herd Immunity?

        Menunggu Corona Ambyar, Masak Cuma Menantikan Herd Immunity? Kredit Foto: Reuters/China Daily
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Peneliti mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra mengatakan kekebalan kelompok (herd immunity) adalah solusi terakhir dan skenario paling buruk untuk menangani COVID-19 dengan risiko yang besar karena banyaknya jumlah infeksi yang dibutuhkan untuk membentuk kekebalan.

        "Herd immunity adalah skenario terburuk sebetulnya, jangan sampai kita terinfeksi semua karena biaya perawatan bisa menjadi lebih mahal," kata Sugiyono saat dihubungi dari Jakarta, Kamis.

        Menurut dia, memang dalam teori herd immunity atau kekebalan kelompok atau komunitas membuat kemungkinan virus menginfeksi akan semakin kecil ketika tercipta keadaan di mana banyak orang yang sudah memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu.

        Baca Juga: Syarat Berobat Mandiri ke RS Darurat Corona Kemayoran, Apa Saja?

        Kekebalan seseorang dapat muncul jika dia sudah pulih dari infeksi penyakit atau lewat intervensi medis lewat vaksinasi. Menurut situs Kementerian Kesehatan sendiri herd immunity menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect) yaitu turut terlindunginya kelompok masyarakat yang bukan merupakan sasaran imunisasi dari penyakit yang bersangkutan atau dengan semakin kecilnya kemungkinan berkontak dengan orang yang terinfeksi.

        Namun, herd immunity membutuhkan jumlah orang yang terinfeksi dan sembuh dalam jumlah besar dan untuk kasus virus yang belum terdapat vaksinnya seperti COVID-19 hal itu akan menimbulkan risiko besar.

        "Lebih baik saat ini mendorong pencegahan jangan sampai tertular, jangan sampai kita menunggu sakit lalu terus kebal," kata dia.

        Upaya pencegahan ada dalam bentuk farmasi dan non farmasi. Untuk farmasi saat ini para peneliti tengah meneliti vaksin untuk mencegah COVID-19 dan obat untuk menyembuhkan dari penyakit yang menyerang sistem pernapasan itu.

        "Sedangkan upaya non farmasi seperti yang tengah digalakkan oleh pemerintah saat ini yaitu physical distancing atau menjaga jarak untuk menekan angka penularan penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu," ujar Sugiyono.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: