- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Matahari vs Ramayana saat Corona Menghantam, Mana yang Paling Banyak Memakan Korban? Gak Nyangka...
Kiprah PT Matahari Departemen Store Tbk (LPPF) dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) sebagai perusahaan ritel terkemuka di Tanah Air sudah tidak perlu diragukan lagi. Keduanya pun dikenal sebagai kompetitor alias pesaing bisnis yang saling berlomba menawarkan pelayanan terbaik bagi konsumen, khususnya bagi konsumen dari kalangan menengah.
Namun siapa sangka, popularitas Matahari dan Ramayana kian meredup di tengah persaingan bisnis saat ini. Terlebih lagi, wabah corona yang melanda Indonesia secara signifikan memukul bisnis para pelaku industri ritel. Mau tak mau, Matahari dan Ramayana harus memutar otak lebih keras lagi untuk dapat bertahan hidup.
Baca Juga: Ya Allah! Tangis Pilu Ratusan Karyawan Ramayana Korban PHK Pecah, Warganet: Innalillah. . .
Baca Juga: Sepak Terjang Ramayana Si Toko Serba Ada yang PHK Ratusan Karyawan
Redaksi WE Online mencoba merangkum berbagai dampak dan kebijakan yang timbul akibat wabah corona terhadap nasib Matahari dan Ramayana. Kira-kira, di antara Matahari dan Ramayana, manakah yang paling banyak memakan korban di saat wabah corona yang kian ganas seperti saat ini?
1. Penutupan Gerai
Baik Matahari maupun Ramayana mengakui bahwa wabah corona dan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berdampak signifikan terhadap penjualan produk perusahaan. Oleh karena itu, kedua raksasa ritel itu pun mengambil kebijakan untuk menutup gerai sampai dengan situasi membaik.
Terhitung mulai 30 Maret 2020 lalu, manajemen Matahari memutuskan untuk menutup sementara semua gerai Matahari di Tanah Air. Berdasarkan rencana, penutupan gerai tersebut akan dilakukan sampai dengan 13 April 2020 mendatang.
Baca Juga: Corona Makin Membabi Buta, Matahari Putuskan Tutup Semua Gerai
Hal itu dilakukan sebagai respons dari semakin tidak pastinya kondisi bisnis ritel saat ini. Selain itu, kesehatan karyawan dan sumber daya perusahaan juga menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengambil kebijakan tersebut.
“Kondisi ritel menurun dengan tajam di Maret dan meskipun Januari dan Februari memenuhi ekpektasi, saat ini kami beroperasi di kondisi yang sangat tidak pasti dimana kesehatan para karyawan dan sumber daya perusahaan merupakan prioritas utama dalam menghadapi masa pandemi COVID-19 ini agar dapat memiliki perusahaan yang sehat dan memiliki posisi yang baik di masa depan yang lebih cerah," jelas CEO Matahari, Terry O'Connor, Selasa (31/03/2020) lalu.
Baca Juga: Rumahkan 87 Karyawan dan Stop Berkiprah secara Permanen, Bye-Bye Ramayana Depok!
Jauh berbeda dengan Matahari yang menutup seluruh toko, Ramayana belum mengambil kebijakan semacam itu. Hanya saja, manajemen Ramayana baru-baru ini menutup salah satu gerai yang berlokasi di City Plaza Depok. Yang memilukan, gerai tersebut ditutup secara permanen mulai 6 April 2020 lalu. Langkah ekstrem itu dilakukan manajemen lantaran perusahaan sulit bertahan di tengah situasi saat ini.
"Kita tutup operasional, artinya permanen. Tapi, tidak menutup kemungkinan ke depan jika kondisi memungkinkan bisa ada harapan lebih baik," pungkas Store Manager Ramayana City Plaza Depok, M. Nukmal Amdar, Rabu (8/04/2020).
2. Pemutusah Hubungan Kerja (PHK)
Manajemen Matahari memastikan bahwa penutupan seluruh gerai Matahari tidak akan berdampak pada aksi PHK karyawan. Sekretaris Matahari, Miranti Hadisusilo, mengatakan bahwa saat ini semua karyawan memang sedang dirumahkan, namun perusahaan masih akan memberikan gaji meskipun tidak secara penuh.
"Tidak ada rencana PHK. Semua karyawan toko dirumahkan, tapi tetap digaji. Ada pemotongan gaji, besarannya bervariasi," ungkap Miranti.
Baca Juga: Ramayana Curhat Gak Ada Harapan Lagi hingga Harus PHK 300 Karyawan, Nasib Saham RALS Bikin Bergidik!
Lain Matahari, lain pula Ramayana. Setelah menyatakan penutupan gerai secara permanen, manajemen Ramayana terpaksa harus mem-PHK ratusan karyawan yang bekerja di gerai tersebut. Hal ini pun lantas menjadi pukulan keras bagi para karyawan yang harus kehilangan pekerjaan di masa-masa sulit seperti sekarang.
"Kita tutup operasional, artinya permanen. Tapi, tidak menutup kemungkinan ke depan jika kondisi memungkinkan bisa ada harapan lebih baik. Semua kita daftarkan juga ke Disnaker untuk mendapatkan dana pemerintah dari Kartu Prakerja," jelas Nukmal.
3. Pergerakan Saham
Sejak kebijakan penutupan gerai mencuat ke publik, saham dari kedua emiten tersbeut terus bergerak dengan tren melemah. Dilansir dari RTI, saham Matahari bersandi LPPF ini melemah sedalam -52,33% dalam waktu sebulan terakhir. Pelemahan itu setara dengan -70,78% secara year to date (ytd).
Baca Juga: Bergidik, Matahari vs Ramayana Gak Cuma di Bisnis! Di Pasar Modal, LPPF-RALS Saling Berlomba Jadi...
Hingga berita ini dimuat, saham LPPF juga masih tertekan sedalam -6,44% ke level Rp1.235 per saham. Bukan hanya saham, wabah corona ini juga berdampak pada kebijakan manajemen perihal pembagian dividen. Dengan pertimbangan matang, manajemen Matahari akhirnya memutuskan untuk membatalkan rencana pembagian dividen kepada para pemegang saham.
“Tim Manajemen, Direksi dan Dewan Komisaris Matahari percaya dalam pendekatan yang berhati-hati atas manajemen dan penggunaan sumber dana sebagai bentuk antisipasi terhadap tekanan atas traffic dan permintaan konsumen yang mungkin akan berkepanjangan,” ucap Terry.
Nasib saham RALS juga sama terpuruknya dengan LPPF. Dalam sebulan terakhir, saham RALS tertekan hingga -26,58% atau setara dengan -46,01% secara ytd. Per hari ini, saham RALS terkoreksi sedalam -2,54% ke level Rp575 per saham.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih