Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Abang Ojol VS Sopir Angkot, Siapa Paling Merugi Akibat Corona?

        Abang Ojol VS Sopir Angkot, Siapa Paling Merugi Akibat Corona? Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
        Warta Ekonomi, Bogor -

        Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah diberlakukan di DKI Jakarta dan sejumlah kota satelit di sekitarnya akan menyusul pekan ini. Pekerja di sektor informal, seperti ojek online (ojol) dan sopir angkutan kota (angkot) pun terkena dampaknya.

        Semenjak PSBB diberlakukan, jumlah pesanan dan penumpang yang diangkut oleh ojol ataupun angkot sama-sama menurun. Begitu pula dengan pendapatan hariannya.

        "Di DKI Jakarata khususnya, di mana ojol tidak boleh membawa penumpang, pesanan menurun 80%-90%. Bahkan, mayoritas teman-teman ojol malah sudah tidak mendapat order," kata Ketua presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono ketika Warta Ekonomi hubungi, Selasa (14/4/2020).

        Baca Juga: Tegas Anies! Ojol Gak Boleh Angkut Penumpang

        Baca Juga: Derita Sopir Angkot di Hari Kedua PSBB: Kami Rugi 2x Lipat

        Perlu diketahui, pesanan layanan roda dua menyumbang 70%-80% pendapatan ojol. Sudah begitu, Igun mengaku pesanan pengantaran makanan pun semakin sulit di tengah PSBB.

        Ia menambahkan, "selain sulit, kita harus punya modal. Sementara, tidak semua teman ojol masih punya modal (di tengah kondisi) sekarang ini."

        Dari segi pendapatan, umumnya mitra ojol bisa membawa pulang Rp200 ribu-Rp300 ribu per hari dengan dengan menempuh 12 jam kerja. Semenjak corona mulai mewabah, pendapatan itu menurun sekitar 30%-50%.

        "Begitu kebijakan berkegiatan di rumah berlaku, semakin turun (di kisaran) 50%-60%. Jadi terus menyusut penghasilan kami ini," tambah Igun.

        Lantas, bagaimana dengan sopir angkot?

        Sebelum PSBB pun, omzet angkutan umum telah amblas 75%-100%, menurut Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, Shafruhan. Jika terus begitu, pekerja di sektor angkutan umum terancam dirumahkan, bahkan di-PHK.

        Setelah PSBB diberlakukan, angkot hanya bisa mengangkut lima orang penumpang, penurunan penumpang pun tak terelakkan. Sebagai contoh, di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, jumlah penumpang anjlok hingga 80%.

        "Biasanya saya bisa bawa sepuluh orang penumpang. Sekarang dibatasi cuma lima orang. Di dalam terminal sepi penumpang, terus jumlahnya dibatasi, dua kali merugi kita," kata sopir angkot bernama Rizal saat ditemui di terminal tersebut, Sabtu (11/4/2020).

        Menurutnya, semua sopir angkot mengalami kerugian serupa dengan adanya pembatasan jumlah penumpang. Yang parah, pria yang mesti cari uang setoran Rp100 ribu per hari itu pun mengaku sering kali menambal biaya setorannya.

        "Untuk bayar setoran saja kita sering nombok, apalagi untuk makan. Kawan-kawan yang lain juga sudah banyak berhenti bawa angkot," tambahnya. 

        Lebih lanjut, PSBB yang akan diterapkan di Kota Bogor mulai esok (15/4/2020) juga akan berdampak terhadap lebih dari 3 ribu sopir angkot, berdasarkan data Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tanayastri Dini Isna
        Editor: Tanayastri Dini Isna

        Bagikan Artikel: