Peduli Tenaga Medis Muslim, Filipina Gencarkan Sumbang Makanan dan Kebutuhan Halal
Sejak akhir Februari, Rumah Sakit Mary Johnston di Tondo, Manila, telah menjadi rumah baru bagi Dr. Princess Hannifa Sabdullah. Ia menghabiskan hampir seluruh waktunya di garis depan untuk memerangi penyakit Covid-19.
Krisis kesehatan masyarakat dengan wabah virus mematikan ini bukanlah kali pertama yang dihadapi dokter muda tersebut. Pada 2014, saat bekerja sebagai dokter di ruang gawat darurat di Arab Saudi, ia merawat pasien yang menderita sindrom pernapasan Timur Tengah, penyakit yang disebabkan oleh jenis virus corona yang berbeda.
Baca Juga: Kasus Corona Meningkat, Filipina Larang Tenaga Medis ke Luar Negeri
Namun di Filipina, tempat ia mengabdikan tugasnya kali ini, ia menghadapi tantangan yang lebih personal, menemukan makanan halal yang sesuai dengan standar yang ditentukan dalam Alquran.
"Ada hari-hari ketika saya hanya makan keripik kentang dan biskuit karena tidak ada makanan yang diizinkan untuk saya. Tetapi menjadi dokter, meskipun tidak bisa memberi makan diri kita sendiri dengan benar, kita memiliki sumpah Hipokrates untuk dipenuhi setiap saat," ujar dokter berusia 36 tahun ini, dikutip di Inquirer, Senin (20/4/2020).
Sumbangan makanan membanjiri rumah sakit selama beberapa minggu terakhir. Namun pekerja medis Muslim mendapati diri mereka dalam posisi yang canggung. Makanan kemasan sering mengandung daging babi atau turunannya, atau daging yang belum disiapkan sesuai aturan Islam.
Kondisi ini menjadi celah yang Alzaky Foods coba isi. Perusahaan ini mencoba untuk menyediakan makanan halal gratis bagi pekerja medis Muslim, yang mempertaruhkan hidup mereka untuk menghentikan wabah. Rencana ini didukung oleh kemurahan hati dari sponsor Muslim dan non-Muslim.
Berbasis di San Juan City, Alzaky adalah satu-satunya perusahaan yang menyediakan daging ayam bersertifikat halal di negara ini. Pada masa Covid-19, posisinya berubah menjadi jalur hidup penting bagi pekerja kesehatan Muslim di Metro Manila, yang memiliki jumlah kasus terkonfirmasi tertinggi di negara ini.
"Banyak dari pekerja penting ini merasa tidak nyaman mengungkapkan kebutuhan makanan pribadi mereka di tengah pandemi," kata sukarelawan penyedia makanan halal bagi pekerja kesehatan Muslim Manila, Sittie Norhanie Lao.
Pekerja medis ini tidak ingin mengeluh. Mereka sadar kondisi saat ini adalah masa yang sulit bagi semua orang, dan mereka tidak ingin memberi kesan menuntut.
"Tapi itu memilukan. Mengetahui beberapa dari mereka hidup dengan kerupuk dan air untuk menopang diri mereka sendiri," lanjutnya.
Proyek menyediakan makanan halal bagi petugas medis Muslim pun dimulai setelah bibinya, Jalilah Lao selaku manajer umum perusahaan Alzaky Foods, memutuskan untuk memasak bagi mantan rekannya yang sekarang bekerja penuh waktu di garis depan. Wanita berusia 40 tahun ini dulunya adalah seorang dokter, tetapi berhenti untuk fokus pada bisnis makanan.
Mereka lalu melakukan pengiriman makanan halal pertama ke Ospital ng Maynila Medical Center pada 20 Maret.
Setelah mengetahui tentang upaya Alzaky, ratusan pekerja kesehatan Muslim, termasuk mereka yang berada di luar sektor kesehatan, mulai menjangkau mereka. Pesan-pesan berdatangan dengan kisah-kisah pribadi, tentang kesulitan di garis depan dan kesulitan mendapatkan makanan.
Sejak pengiriman pertama ke Ospital ng Maynila, Alzaky telah menyediakan lebih dari 2.400 makanan halal untuk lebih dari 60 rumah sakit pemerintah dan swasta di seluruh Metro Manila. Termasuk Rumah Sakit Umum Filipina, Pusat Medis Makati, Rumah Sakit dan Pusat Medis Asia, dan Pusat Medis East Avenue.
Setiap hidangan menghadirkan menu ayam adobo, ayam panggang atau "pyaparan", hidangan ayam Maranao, yang dipasangkan dengan "kyuning," atau nasi yang dimasak dengan kunyit. Makanan ini dikemas dan dapat disimpan selama tiga hari jika segera dibekukan. Petugas dapat memanaskan kembali dalam microwave saat akan disantap.
"Memastikan garis depan diberi makan dengan baik sama pentingnya dengan menyediakan peralatan pelindung diri. Mereka tidak akan berfungsi dengan baik jika mereka terus makan makanan cepat saji setiap hari," lanjut Lao.
Dalam menyediakan makanan ini, Alzaky menanggung sebagian dari biaya yang dikeluarkan. Pihaknya juga menerima sumbangan uang tunai, baik dari individu maupun kelompok Muslim dan non-Muslim.
Salah satu tantangan utama dalam membantu sesama Muslim, kata Lao, adalah mereka tidak tahu berapa banyak petugas kesehatan Muslim yang ada di Metro Manila dan di mana mereka dapat ditemukan.
Pihaknya hingga kini masih sangat mengandalkan media sosial untuk membantu mengumpulkan informasi. Sejauh ini, sekitar 200 dokter Muslim, perawat, dan pekerja medis telah dijangkau Alzaky untuk mendapatkan makanan halal.
"Kami percaya jumlah ini sedikit, mungkin hanya sekitar 20 hingga 30 persen dari jumlah sebenarnya," kata Lao.
Dia berharap baik pemerintah maupun organisasi swasta dapat membantu mengumpulkan jumlah nyata pekerja kesehatan Muslim, tidak hanya di Metro Manila tetapi di seluruh negeri. Dengan begitu, mereka dapat memberikan bantuan kepada lebih banyak sesama Muslim.
Pekerja di garis depan berasal dari latar belakang budaya dan agama yang berbeda. Ia percaya perbedaan itu seharusnya tidak menghalangi dlam melakukan tugas secara efektif. Lao juga menyebut, ia tidak percaya jika mereka harus mengorbankan keyakinan agama untuk memenuhi tugas mereka.
Bagi Sabdullah dan keenam rekan Muslimnya di Mary Johnston, layanan dari Alzaky sudah menjadi berkah.
"Tidak diragukan lagi bahwa inisiatif mereka 101 persen penting bagi saya. Ini memberi saya energi untuk terus menjadi garis depan," kata Sabdullah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: