Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tanaman Sawit Ancam Sumber Daya Air? Oh, Itu Tidak Benar!

        Tanaman Sawit Ancam Sumber Daya Air? Oh, Itu Tidak Benar! Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Isu dan opini terkait tingginya kerusakan lingkungan akibat perkebunan kelapa sawit yang salah satunya berkaitan dengan masalah air sudah berkembang menjadi kampanye negatif dari beberapa tahun terakhir. Tanaman kelapa sawit dianggap sebagai tanaman dengan penggunaan air yang tinggi sehingga dapat mengancam keberlangsungan sumber daya air Indonesia.

        Untuk membuktikan pernyataan tersebut, Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta bekerja sama dengan Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggelar penelitian jejak air (water footprint) di perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan di dua wilayah perkebunan sawit Indonesia, yakni di Riau dan Kalimantan Tengah dengan diketuai oleh Lisma Safitri, M.Si.

        Baca Juga: Harga CPO dan TBS Kontraksi, Pendapatan hingga Laba Perusahaan Sawit Ini Ikut Terpangkas!

        Penggunaan air oleh tanaman kelapa sawit, salah satunya dapat dinyatakan dalam satuan unit water footprint. Water footprint didefinisikan sebagai volume air yang digunakan untuk mendapatkan satu tonnase TBS (tandan buah segar) kelapa sawit dalam satuan m3/yields. Pengukuran water footprint TBS sawit ini terdiri atas water footprint green (sumber air berasal dari air hujan), blue (sumber air berasal dari cadangan air permukaan dan air tanah), dan grey (air yang digunakan untuk melarutkan pupuk, pestisida, dan senyawa kimia lainnya).

        Berdasarkan nilai penggunaan air tanaman (ETa) dan produksi tanaman bulanan per pohon serta sebaran densitas perakaran, diketahui bahwa nilai water footprint/water productivity (m3/kg) TBS sawit terdiri dari water footprint green dan blue. Pada level area, studi kasus yang dilakukan di Kalimantan Tengah diperoleh nilai water footprint sebesar 1002,1 m3/ton TBS sawit yang terdiri dari 76,7 m3/ton water footprint green, 35,9 m3/ton water footprint blue, dan 89,5 m3/ton water footprint grey.

        Sementara itu, studi kasus di Riau menunjukkan nilai water footprint sebesar 593,61 m3/ton TBS yang terdiri dari 535,55 m3/ton water footprint green, 8,08 m3/ton water footprint blue, dan 49,98 m3/ton water footprint green.

        Nilai water footprint TBS Sawit pada dua daerah yang berbeda di Indonesia tersebut menunjukkan penggunaan air tanaman sawit tergolong efektif. Sebagai perbandingan, tanaman penghasil minyak nabati lainnya memiliki nilai water footprint yang lebih tinggi dibandingkan kelapa sawit, yakni seperti sunflower seed (3366 m3/ton), rapeseed (2271 m3/ton), serta olives (3015 m3/ton).

        Pada level lahan, nilai water footprint tanaman sawit bervariasi yakni antara 0,242 – 0,423 m3/kg TBS sawit. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa tanaman sawit pada jenis tanah gambut memiliki nilai water footprint lebih kecil dibandingkan tanaman sawit di lahan mineral.

        Tidak hanya itu, mengacu pada analisis penggunaan air tanaman dan sebaran densitas perakaran, diperoleh kesimpulan bahwa tanaman sawit menggunakan air sebagian besar pada zona atas perakaran tanaman. Artinya, tanaman sawit hanya menggunakan air hujan dan air permukaan saja. Dengan penelitian ini, sangat jelas terbukti bahwa anggapan yang menyudutkan tanaman kelapa sawit dapat mengancam keberlangsungan sumber daya air Indonesia adalah tidak benar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: