Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Siaga Stok Pangan, Wilaga PWMP Kementan Tetap Jalankan Usaha di Tengah Covid-19

        Siaga Stok Pangan, Wilaga PWMP Kementan Tetap Jalankan Usaha di Tengah Covid-19 Kredit Foto: Kementan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        "Insan pertanian wajib memiliki kesiapan dan kesigapan dalam menghadapi tantangan," begitu bunyi pesan dari Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL). Berbagai tantangan hadir dalam masa Covid-19 ini, di antaranya adalah isu ketahanan pangan. Ketahanan pangan sendiri dapat diartikan sebagai ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya.

        Menyikapi hal ini, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui BPPSDMP mendorong generasi milenial, baik petani maupun mahasiswa, untuk mencari solusi berkaitan dengan ketersediaan pangan akibat terbatasnya akses masyarakat di masa pandemi ini.

        "Pencegah utama Covid-19 adalah pangan. Dalam hal ketersediaan pangan ini ada peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan oleh petani milenial," ujar Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi (15/5/2020).

        Baca Juga: BPPSDMP Kementan Gandeng IPB Rumuskan Strategi Peningkatan Ketersediaan Pangan

        Banyak upaya yang sudah dilakukan, di antaranya mengerahkan mahasiswa untuk mendampingi kelompok tani agar tetap berproduksi, mendorong para petani milenial untuk mempercepat tanam, dan memasarkan produk secara online (WR/VTR-Pusdiktan). 

        Selain itu, melalui program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP), Kementan juga berkontribusi menciptakan lapangan pekerjaan. Para penerima PWMP sedikit banyak meningkatkan pemberdayaan masyarakat sekitar, dan turut menjaga agar dapur mereka tetap ngebul. Salah satunya adalah Wilaga, alumni FEM IPB tahun 2014, penerima program PWMP tahun 2016 yang berbasis di Bogor.

        Produk PWMP Wilaga adalah Chocobro, biskuit coklat dengan bahan dasar tepung talas yang dikombinasikan dengan gula palem. Wilaga memilih tepung talas dengan alasan diversifikasi pangan, nonberas dan nonterigu. Tepung talas disuplai dari Kelompok Wanita Tani (KWT) rutin setiap bulannya. Usahanya diinisiasi dari 2012, tetapi baru mulai berjalan 2014-2015. 

        Selama menjalankan usaha, sudah banyak tantangan yang dihadapi. Pada akhir 2019 misalnya, usaha ini vakum hingga April untuk melakukan rebranding. "Karena menjual pangan lokal sulit, pasar tidak terlalu merespons baik," tutur Wilaga.

        Sejak April, usahanya yang awalnya offline dengan konsinyasi ke toko oleh-oleh menjadi 100% online melalui website chocobro.id. Konsumen Wilaga sudah tersebar di seluruh Indonesia, seperti di Mandailing Natal, Bengkulu, Lamandau, Manado, Tangerang, Tangerang Selatan, Bogor, Jakarta, Bekasi, Purwakarta, Bandung, Pemalang, Jepara, Bangkalan, dan Nusa Tenggara Barat. 

        Dalam masa Covid-19, Wilaga mengaku usahanya ikut terdampak. Tetapi Wilaga tidak menyerah dan mencari solusi dengan membuat promo diskon dan merekrut reseller. Hingga saat ini, omzet per bulan Chocobro mencapai Rp18 juta.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: