Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sentimen Meruncing, Militer China dan India Bersitegang di Daerah Perbatasan

        Sentimen Meruncing, Militer China dan India Bersitegang di Daerah Perbatasan Kredit Foto: (Foto: AFP)
        Warta Ekonomi, Beijing -

        Ketegangan China dan India memasuki babak baru. Kedua negara ini semakin menegaskan klaim teritorial dengan menempatkan kekuatan militer di wilayah perbatasan.

        Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China meningkatkan pengujian senjata dan pelatihan. Berdasarkan sebuah laporan, PLA telah mengirim beberapa sistem senjata canggih dan jet tempur untuk operasi di daerah dataran tinggi Tibet. Namun belum diketahui berapa jumlah personel PLA yang dikerahkan.

        Baca Juga: Nyali Besar, India Pantang Mundur Hadapi China

        Sementara, militer India juga telah memindahkan beberapa batalion dari divisi infantri yang biasanya bermarkas di kota Ladakh, di dekat perbatasan. Pasukan militer tersebut bersiaga di sepanjang perbatasan.

        Ahli militer yang berbasis di Hong Kong, Liang Guoliang mengatakan, Beijing telah mengerahkan sembilan brigade senjata gabungan dengan spesialisasi masing-masing termasuk infanteri gunung, artileri, pertahanan udara, penerbangan, kimia dan nuklir, serta elektronik ke Wilayah Militer Tibet. Wilayah itu merupakan sebuah distrik PLA yang terletak di wilayah perbatasan India.

        Seperti dilansir South China Morning Post, Rabu (4/6/2020), dalam satu bulan terakhir ada ketegangan di perbatasan. Pasukan militer India dan China terlibat dalam sebuah pertempuran dan pelemparan batu di lembah Sungai Galwan, yang terletak antara Ladakh di Kashmir yang dikelola India dan Aksai Chin yang dikelola China.

        Konflik perbatasan antara China dan India meningkat pada 2017. Konflik meletus ketika pasukan India dan PLA melakukan konfrontasi paling serius mengenai pembangunan jalan di China, tepatnya di Doklam dekat daerah perbatasan tiga persimpangan yang dikenal sebagai Donglang atau Donglang Caochang di China. Wilayah ini diklaim oleh China dan Bhutan, yang merupakan sekutu India.

        Sejak Doklam berselisih, PLA memperluas wilayahnya dengan mengirim senjata seperti tank Tipe 15, helikopter Z-20, pesawat tak berawak GJ-2, dan kendaraan mount PCL-181 ke dataran tinggi Tibet.

        Pada Senin lalu, China Central Televisioan (CCTV) melaporkan, unit pengintai PLA dalam beberapa hari terakhir telah memobilisasi target di Pegunungan Tanggula pada ketinggian 4.700 meter dengan menggunakan perangkat penglihatan malam hari pada kendaraan mereka.

        Menurut gambar satelit, China telah memperluas pangkalan udara di Ngari Gunsa di Tibet atau sekitar 200 kilometer dari Ladakh. Dalam gambar tersebut juga menunjukkan bahwa PLA telah mengerahkan pesawat jet tempur J-16.

        "J-16 seharusnya dikerahkan ke Ngari Gunsa untuk pelatihan reguler, tetapi seperti J-11 dan pejuang lainnya, mereka tetap di sana karena perselisihan. Angkatan udara India telah mengerahkan lebih banyak pesawat ke perbatasan, sehingga PLA perlu mengerahkan J-16, yang lebih maju daripada Su-30MKI milik India," ujar seorang anggota militer yang tidak disebutkan namanya.

        Ahli militer Beijing, Zhou Chenming mengatakan, pergerakan China yang tergambar di satelit bertujuan untuk memperingatkan militer India. China ingin menunjukkan bahwa PLA mampu meningkatkan kemampuan militernya di perbatasan.

        "Itu hanya peringatan untuk menunjukkan kemampuan PLA, tidak benar-benar bertujuan untuk perang dengan pasukan India, karena Beijing menyadari bahwa India bukan musuh nyata Cina, meskipun upaya Amerika Serikat membawa India ke dalam strategi Indo-Pasifik untuk melawan Cina sedang ditingkatkan," ujar Zhou.

        Zhou mengklaim bahwa PLA telah mengerahkan 70 ribu personel pasukannya di sepanjang 3.488 kilometer perbatasan antara China dan India. Sementara pasukan India berjumlah hingga 400 ribu personel.

        Namun, seorang analis pertahanan  dari lembaga think tank, Yayasan Pengamat Penelitian di New Delhi, Rajeswari Rajagopalan mengatakan, India memiliki kurang dari 225 ribu pasukan militer di sepanjang perbatasan.

        "Perlu dicatat bahwa banyak dari pasukan India itu tidak menghadapi China, dan sejumlah besar dari mereka adalah untuk tujuan kontra-pemberontakan. Pasukan India tidak benar-benar di perbatasan, dan India menghadapi kesulitan yang signifikan dalam mendapatkan pasukan ke perbatasan karena medan pegunungan," ujar Rajagopalan.

        Seorang pakar pertahanan India, Rajeev Ranjan Chaturvedy, mengatakan gesekan antara kedua negara itu berasal dari kecurigaan India tentang peningkatan investasi infrastruktur China di dekat perbatasan yang disengketakan. Infrastruktur China terus berkembang dan meningkatkan akses strategisnya.

        "India bertekad unutk meningkatkan aksesibilitas ke daerah perbatasan dan tidak perlu persetujuan dari Beijing untuk mengembangkan infrastruktur perbatasannya sendiri," ujar Chaturvedy.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: