Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ya Allah Ya Robbi, Ibu Hamil 8 Bulan Meninggal Beserta Janinnya karena Corona

        Ya Allah Ya Robbi, Ibu Hamil 8 Bulan Meninggal Beserta Janinnya karena Corona Kredit Foto: Antara/Iggoy el Fitra
        Warta Ekonomi, Surabaya -

        Duka menyelimuti DW, warga Kertajaya, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, Jawa Timur. Kakaknya meninggal dunia bersama janin yang dikandung setelah terpapar Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19. Di saat hampir bersamaan, kedua orang tuanya mengembuskan napas terakhir dengan status PDP corona.

        DW mengaku merupakan tiga bersaudara dari pasangan suami-istri yang tinggal di Gubeng. Ia tak menyebutkan nama atau inisial keluarganya itu. "Kakak saya yang meninggal anak pertama," katanya melalui pesan singkat WhatsApp dilansir dari Vivanews pada Kamis, 4 Juni 2020.

        Baca Juga: Surabaya Zona Hitam Corona, Dahlan Iskan: Setannya...

        DW bercerita, kejadian itu bermula ketika kakaknya memeriksakan kandungan yang berusia delapan bulan ke sebuah rumah sakit di kawasan Ampel, Surabaya, pada pertengahan Mei 2020. Ke sana, ia diantar oleh suaminya. Sepulang dari rumah sakit, suami kakak DW sakit, namun sembuh sendiri. Setelah itu, giliran kakak DW yang melemah kondisi badannya.. 

        "Seingat saya tanggal 19 Mei, kakak tak enak badan, terus dibawa ke RS Pura Raharja. Di situ di-rapid dan hasilnya negatif, kemudian pulang. Tapi enggak semakin membaik, malah semakin sesak napas. Tanggal 25 (Mei), saya antar ke RS PHC, kemudian disuruh rawat jalan," cerita DW.

        Karena belum juga membaik, besoknya, 26 Mei 2020, kakak DW dibawa ke RS PHC Surabaya lagi. Beberapa jam kemudian, pihak RS memberi kabar kalau ia terkonfirmasi positif Covid-19. Pada Rabu dini hari, 27 Mei 2020, pihak RS memberi kabar bahwa kakak DW mengalami gagal napas dan dibantu ventilator. 

        Saat itu, detak jantung janin kakak DW yang berusia delapan bulan diketahui tidak berdetak lagi. "Kakak saya meninggal tanggal 31 (Mei) pukul 01.50 setelah operasi pengeluaran janin sehari sebelumnya," ujar DW. 

        Saat sang kakak dirawat di rumah sakit, DW menceritakan kondisi kesehatan ibunya juga melemah pada Hari Raya Idul Fitri pertama, Minggu, 24 Mei 2020. Besoknya, ayah DW juga melemah. Sang ibu kemudian diantar ke RKZ pada saat Hari Raya Idul Fitri pertama, 24 Mei 2020. 

        Di sana, sang ibu diinfus dan disuruh rawat jalan. "Besoknya kembali lagi ke IGD (RKZ), kemudian disuruh isolasi mandiri di rumah. Kemudian tanggal 29 (Mei) pagi, mama telepon minta di-grab-kan ke RSI, saya enggak dibolehin antar takut ketularan drop. Mama berangkat pagi. Papa nyusul siangnya, dijadikan 1 kamar isolasi di RSI," tandasnya. 

        Pada Sabtu pagi, tanggal 30 Mei 2020, ayah DW meninggal dunia. Tak lama kemudian, ibunya menyusul meninggal dunia. "Papa-Mama belum sempat swab. Jadi, meninggal berstatus PDP (pasien dalam pengawasan)," ujarnya. 

        Kendati sedih, DW dan keluarga mengaku pasrah dan rela atas takdir Allah tersebut. Ia yakin ketiga orang yang dicintainya itu husnul khatimah. "Pesan saya tetap selalu sama. Covid 19 itu nyata dan sangat jahat. Banyak yang menganggap remeh atau mungkin menyepelekan, tapi virus ini benar benar ada dan enggak bisa dianggap remeh. Jadi harus sadar akan kesehatan, kebersihan dan kalau memang tidak perlu ke mana-mana lebih baik di rumah saja," katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: