Gegara AS Suka Tebar Kekacauan di Dunia, Rusia Bilang: Ssstt, Mereka Menuai Sekarang
Kementerian Luar Negeri Rusia menilai kekacauan yang terjadi Amerika Serikat (AS) karena negara itu telah menabur kekacauan di seluruh dunia. Menurut kementerian tersebut, Washington selama ini mendukung ide-ide destabilisasi, memecah-belah kelompok satu sama lain di seluruh dunia.
"Dengan menabur kekacauan (di luar negeri), mereka mendapat kekacauan di rumah (dalam negeri)," kata juru bicara kementerian tersebut, Maria Zakharova, saat tampil di stasiun televisi Rossiya 1, yang dilansir Senin (8/6/2020).
Baca Juga: Ssst..! Amerika Serikat Bayar Puluhan Juta Dolar ke Rusia untuk Eksekusi Misi Ini
"Segala sesuatu yang mereka tanamkan ke dalam kesadaran dunia—mereka menuai sekarang," ujarnya.
Kerusuhan di Amerika Serikat memanas yang melibatkan bentrokan demonstran dengan polisi, gedung-gedung dibakar, dan penjarahan besar-besaran. Menurut Zakharova itu semua adalah konsekuensi langsung dari ide-ide yang telah dipromosikan Washington di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir.
"Seperti mendestabilisasi situasi, mempermainkan perbedaan batin yang ada di setiap negara dan setiap masyarakat," imbuh diplomat perempuan ini.
Pemerintah AS telah secara aktif dan terbuka mendukung oposisi di negara-negara yang mempromosikan kebijakan yang tidak diinginkan Washington. Dukungan Washington selama ini antara lain ditujukan kepada oposisi Venezuela, oposisi Hong Kong, oposisi Iran dan kelompok di negara lain dengan mengabaikan seberapa keras konflik di negara-negara tersebut.
Kerusuhan di AS dimulai setelah kematian pria kulit hitam George Floyd setelah lehernya dicekik oleh polisi kulit putih dengan lututnya di Minneapolis, negara bagian Minnesotta pada 25 Mei 2020.
Ribuan orang turun ke jalan untuk mengecam kebrutalan polisi. Beberapa unjuk rasa awalnya berlangsung damai, namun kemudian berubah menjadi kekerasan di Minneapolis, Washington, New York, Atlanta, Chicago dan banyak kota lainnya.
Demo besar di Amerika sejauh ini sudah menewaskan 13 orang dan lebih dari 10.000 orang lainnya ditangkap.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: