Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dianggap Ada Unsur Rasisme, Finlandia Ganti Nama Pulau Neekerisaari

        Dianggap Ada Unsur Rasisme, Finlandia Ganti Nama Pulau Neekerisaari Kredit Foto: Sputnik/Alexei Danichev
        Warta Ekonomi, Helsinki -

        Sebuah pulau tujuan wisata di Finlandia timur yang disebut sebagai “Pulau Negro” akan segera diganti namanya menyusul protes anti-rasisme yang sedang meningkat di seluruh dunia.

        Pulau Neekerisaari, yang secara kasar diterjemahkan sebagai Pulau Negro, adalah pulau liburan, dengan sejumlah pondok, yang dimiliki oleh asosiasi jurnalis lokal Finlandia. Pulau kepulauan Liperi di Karelia Utara, dekat Pyhäselkä itu diberi nama dari kata slang lama industri media, merujuk pada tinta cetak yang mewarnai tangan dan wajah.

        Namun, Institut Bahasa Finlandia (Kotus) mengatakan, negara pulau itu akan diganti.

        Nama pulau telah lama menjadi bahan perdebatan, dan Kotus sendiri sebelumnya keberatan dengan penggantian nama yang diusulkan, dengan alasan bahwa "ketidaknyamanan" dari nama itu saja tidak membenarkan perubahan nama.

        Perubahan nama pertama kali diusulkan pada September 2019 oleh pemilik Neekerisaari, Asosiasi Jurnalis Karelia Utara.

        "Kami menemukan nama yang menghina dan menyinggung, itulah sebabnya kami ingin mengubahnya," kata ketua Asosiasi Jurnalis Karelia Utara Taru Väänänen kepada penyiar nasional Yle sebagaimana dilansir Sputnik.

        “Kami tidak ingin menggunakan kosa kata yang mendukung rasisme, kebencian dan melanggar hak asasi orang lain,” tambah Väänänen.

        Ketua organisasi anti-rasisme Fem-R, Aurora Lemma mengatakan, kata 'neekeri' hampir selalu digunakan dalam konteks penghinaan di Finlandia. Dia menekankan bahwa kata itu selalu dikaitkan dengan rasisme dan diskriminasi.

        Menyusul tekanan, Kotus akhirnya mengganti nama pulau itu menjadi Uutinen, yang berarti 'berita' dalam bahasa Inggris. Pada saat yang sama, institut menekankan bahwa ini adalah pengecualian dan bahwa pada prinsipnya tidak ada alasan untuk mengubah nama di peta.

        Perubahan nama terjadi pada saat penamaan ulang nama di seluruh dunia Barat, karena nama-nama yang dipandang bermasalah atau terkait dengan perdagangan budak, supremasi kulit putih atau "rasisme sistemik" di tengah-tengah protes besar-besaran Black Lives Matter.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: