Buzzer RP adalah penyuara politik yang dibayar melalui akun-akun di media sosial yang tidak mempunyai reputasi untuk dipertaruhkan. Buzzer RP juga merupakan kelompok yang tak jelas siapa identitasnya, lalu dengan motif ideologis atau motif ekonomi menjadi sosok yang menyebarkan informasi palsu.
Buzzer kerap digunakan untuk melakukan 'pemasaran' politik. Buzzer bisa bergerak sesuai keinginannya, namun bisa juga digerakkan oleh pihak tertentu. Cara menyuarakannya pun bisa secara langsung atau secara anonim.
Baca Juga: Pakar Ekonomi: Buzzer Politik Bahaya Sekali, Bisa Rusak Fondasi Demokrasi!!
Buzzer RP kini menjadi sebuah pekerjaan yang dikatakan menjanjikan. Buzzer bekerja untuk menggiring opini publik melalui akun-akun media berdasarkan permintaan klien.
Dilansir dari detikFinance di Jakarta, Selasa (16/6/2020) pekerjaan Buzzer RP ini merupakan sebuah proyek yang dibayar perbulan. Perkiraan bayarannya pun mulai dari Rp50 juta hingga Rp100 juta untuk tiap proyek isu.
Dari uang tersebut akan dibagi-bagi kepada para Buzzer RP yang bekerja. Per orang pun akan mendapatkan gaji Rp3,5 juta hingga Rp5 juta. Ada koordinator yang bekerja dengan gaji Rp6 juta. Sementara sumber lain mengatakan bahwa Buzzer RP bisa juga digaji Rp2 juta per satu paket nge-tweet.
Sejak Kapan Buzzer Hadir di Politik Indonesia?
Aktivitas buzzer disebut mulai sejak perpolitikan di Indonesia terjadi saat Pilkada DKI 2012. Saat itu, Joko Widodo berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama berhadapan dengan beberapa pasangan calon gubernur.
Tim Jokowi-Ahok saat itu pun sangat masif menggunakan strategi komunikasi politik lewat media sosial. Saat itu banyak tokoh-tokoh dengan sukarela menjadi buzzer untuk menyuarakan calon ini. Kebanyakan mereka tergerak dengan sendirinya karena melihat tokoh ini pro perubahan. Juga, menjadi salah satu calon yang banyak disudutkan lewat kabar-kabar hoax maupun disinformasi.
Cara Kerja Buzzer
Buzzer yang sudah profesional biasanya terorganisir. Mereka bekerja dengan merancang isu tertentu yang harus didengungkan ke publik lewat media sosial. Biasanya mereka sudah memetakan siapasaja orang yang bisa menjadi perantara pesan itu agar mendengung dan viral. Buzzer juga mengatur bagaimana proses penyebaran pesan tersebut dengan melalui tools-tools atau bot yang mereka punya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami