Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Analis: Maraknya Kasus Gagal Bayar Harus Jadi Momentum Bersih-Bersih Pasar Modal

        Analis: Maraknya Kasus Gagal Bayar Harus Jadi Momentum Bersih-Bersih Pasar Modal Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Analis pasar modal dari Avere Mitra Investama, Teguh Hidayat merespons terkait maraknya kasus gagal bayar di industri keuangan Indonesia yang akan menjadi katalis negatif bagi pemerintah, di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.

        Menurut dia, diperlukan langkah strategis untuk menyikapi kasus gagal bayar tersebut dikarenakan adanya potensi resesi ekonomi pasca pandemi.  

        "Soalnya kasus gagal bayar yang terjadi saat ini akan menghambat upaya  pemerintah sendiri dalam memasyarakatkan pasar modal. Dampaknya bisa dilihat dari volume transaksi menjadi sepi dan turunya kepercayaan dari masyarakat," ujarnya dalam keterangannya, Kamis (25/6/2020).

        Baca Juga: Perusahaan Jasa Keuangan Sinarmas Group Banjir Modal dari Pasar Saham, Angkanya Tembus Rp300 Miliar!

        Baca Juga: Astaga! IHSG dan Bursa Asia Diskon 1% Lebih pada Kamis Pagi

        Diketahui, sejak serangan virus corona, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan dan tutun hingga 20,99% dari posisi 6.283 pada awal tahun, menjadi 4.964 pada penutupan Rabu (24/6). Bahkan, posisi IHSG sempat menyentuh level 3.937 atau amblas 37,33%.

        Ia mengatakan, untuk dapat memitigasi risiko gagal bayar di industri keuangan Indonesia, hal pertama yang harus dilakukan pemerintah dan otoritas bisa dimulai dengan mendengar masukan dari sejumlah ekonom maupun pelaku pasar.

        Menurutnya, dengan ekslusifnya sikap pemerintah dan regulator yang ditunjukkan selama ini, ia pun tidak heran jika kasus gagal bayar di produk reksadana, asuransi dan obligasi akan menambah beban pemerintah.

        "Memang belakangan otoritas dan seterusnya sudah mulai mendengar masukan-masukan dari pelaku pasar. Tapi dulunya saya dan teman teman nggak pernah digubris ketika memberi masukan," cetusnya.

        Sementara itu, hal yang juga harus dilakukan pemerintah dan otoritas ialah memperbaiki tata kelola sekaligus pengawasan di pasar modal. 

        Dengan memperbaiki tata kelola dan pengawasan, dia bilang sudah barang tentu akan memunculkan persepsi baru di benak investor pasar modal bahwasanya pemerintah dan otoritas mulai melakukan bersih-bersih di industri keuangan Indonesia.

        "Dan sudah tepat jika penegakkan hukum terhadap dugaan korupsi di Jiwasraya dan kasus pasar modal lainnya harus dijadikan momentum perbaikan tata kelola. Karena di sisi lain, sejak tahun 2015 Kami gencar menggaungkan investasi di pasar modal, mempromosikan investasi, jadi sekarang bagusnya masyarakat sudah melek investasi," tambahnya.

        Untuk itu, ia meminta seluruh elemen untuk bisa mendukung adanya perbaikan tata kelola di pasar modal.

        "Soalnya kasus gagal bayar tidak cuma Jiwasraya, tetapi ada EMCO Asset Management, Minna Oadi, Indosurya, banyak lagi. Meskipun tiap perusahaan punya cerita macam-macam hingga gagal bayar, tapi pangkal masalahnya adalah 2 hal. Pertama mereka menjanjikan bunga fixed, kemudian pasar modalnya memang lagi tidak bagus, ditambah kurang ketatnya tata kelola," tukasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: