Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memperingatkan semua pihak agar bersiap jika saja Indonesia mengalami resesi pada kuartal III 2020. Situasi itu berpotensi terjadi jika pertumbuhan ekonomi nasional di periode tersebut tetap negatif.
Ia menyebut, pemerintah sebenarnya memproyeksikan ekonomi kita dapat tumbuh positif pada kuartal III. Namun, tetap ada potensi kondisi terburuk, di mana perekonomian negara diprediksi anjlok 1,4 persen hingga 1,6 persen pada periode tersebut.
“Technically, kita bisa resesi kalau kuartal tiga negatif. na mun akan kita coba pertahankan agar kuartal III di atas 0 persen, sehingga Indonesia tak masuk dalam jurang resesi,” kata Ani, sapaan akrab Sri Mulyani.
Baca Juga: Minta Para Menteri Kerja Lebih Giat Hadapi Corona, Pak Jokowi Sampai Ultimatum Reshuffle!!
Baca Juga: Alhamdulillah!! Jumlah Pasien Sembuh Corona Hari Ini Cetak Rekor Tertinggi, Capai Angka . . . .
Meski begitu, Ani berharap, pertumbuhan ekonomi kuartal IV dapat mencapai 3,4 persen. Sementara dalam skenario sangat buruk, ia memproyeksikan ekonomi di kuartal IV pada level 1 persen.
Sri Mulyani juga memprediksi, kondisi terburuk perekonomian Indonesia akibat pandemi corona terjadi pada kuartal II. Diperkirakan, ekonomi kuartal kedua minus sebesar 3,8 persen sebagai dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ketat untuk mencegah penyebaran corona.
Dilanjutkan Ani, kunci Indonesia terbebas dari resesi adalah jika ekonomi kuartal III dan IV 2020 mencatat pertumbuhan positif.
“Karena itu, pemerintah memberikan banyak stimulus agar ekonomi membaik dari keterpurukan pada kuartal II ini, dengan prediksi pertumbuhan minus 3,8 persen,” ujarnya.
Ani mengatakan, pemerintah telah memberikan insentif pajak pada 18 sektor usaha yang ter dampak pandemi virus corona. Insentif itu meliputi PPH Pasal 21 ditanggung pemerintah, pembebasan PPh Pasal 22 impor, diskon 30 persen angsuran PPH Pasal 25, serta restitusi PPN dipercepat.
“Dengan insentif pajak tersebut, diharapkan semua sektor ekonomi segera pulih agar para tenaga kerja kembali terserap, yang pada akhirnya juga mendorong konsumsi rumah tangga,” ujar Ani.
Namun begitu, diakuinya realisasi penyerapan insentif pajak sampai saat ini masih rendah, baru mencapai 6,8 persen sehingga Ani meminta Ditjen Pajak (DJP) menggencarkan sosialisasi agar semakin banyak pelaku usaha yang memanfaatkannya.
“Jika program ini digabungkan dengan restrukturisasi kredit dari OJK (otoritas Jasa keuangan) dan pemerintah menggulirkan kredit modal kerja yang dijamin oleh pemerintah, kita berharap kuartal III dan IV ekonomi akan pulih,” tegas Ani.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, banyak negara di dunia memasuki zona resesi akibat tak mampu menghadapi pandemi corona. Namun, Ia berharap Indonesia bersama China dan India bisa terhindar dari resesi.
“Dari pertumbuhan ekonomi global kita melihat di antara berbagai negara seluruhnya masuk negatif. Hanya beberapa positif. Berdasarkan outlook IMF, Indonesia, China dan India masih positif,” ujar Airlangga.
Airlangga mengatakan, ketiga negara ini memiliki pasar domestik yang besar. Sehingga untuk menjaga ekonomi dalam negeri, tidak melulu mengandalkan ekspor yang mudah terpengaruh kondisi global.
“Alasannya karena masing-masing punya daya tahan karena ekonomi tidak tergantung market dunia. Karena masih tergantung domestik market sehingga domestik market menjadi bantalan perekonomian,” jelasnya.
Meski pandemi belum berakhir, Airlangga mengatakan, pemerintah menginginkan, perekonomian bisa lekas pulih.
“Karena, jika menunggu pandemi selesai, orang-orang yang terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan dirumahkan akan semakin banyak. Jadi kita berupaya agar ekonomi bisa segera bangkit,” tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Tanayastri Dini Isna
Tag Terkait: