Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh World Benchmarking Alliance (WBA), PT PLN (Persero) berhasil menjadi perusahaan dengan peringkat tertinggi di Asia Selatan dan Tenggara sebagai perusahaan kunci yang akan menentukan kesuksesan tranformasi sistem energi dan dekarbonisasi.
Hasil tersebut disampaikan pada Senin (6/7/2020) di acara launching the Electric Utilities Benchmark yang dilaksanakan secara daring.
Direktur Human Capital dan Managemen PLN, Syofvi F Roekman mengatakan bahwa PLN terpilih menjadi satu dari 50 perusahaan kelistrikan di dunia. Ke-50 perusahaan tersebut terpilih dari 450 perusahaan energi dunia yang dinilai dan dianggap memiliki pengaruh terhadap pencapaian target Perjanjian Paris untuk memperlambat perubahan iklim.
Baca Juga: Dongkrak Penjualan, Jasindo Rilis 2 Platform Digital Sekaligus
"Ini menjadi salah satu bukti komitmen kami untuk terus mendorong penggunaan energi baru terbarukan dalam penyediaan listrik di Indonesia di Indonesia," ujar Syofvi (7/7/2020).
Pemeringkatan WBA Climate and Energy Benchmark dilakukan dengan menggunakan metodologi Assessing low-Carbon Transition (ACT) yang menilai kesiapan suatu organisasi dalam transisi ke ekonomi rendah karbon dilihat dari aspek strategi pengelolaan perubahan iklim, model bisnis, investasi, operasi, dan pengelolaan emisi gas rumah kaca.
Metodologi ini merupakan produk dari ACT initiative yang merupakan program kerja sama dari ADEME dan CDP.
Secara keseluruhan, PLN meraih peringkat 28 dunia mengungguli Tenaga Nasional Berhad, Malaysia (#29), Chubu Electric Pouwer, Jepang (#32), Tokyo Electric Power Company, Jepang (#37), Taiwan Power Company (#38), Korea Electric Power Corporation (#39), dan Eskom Holdings, Afrika Selatan (#41).
Sementara itu, perusahaan listrik Ørsted yang berkantor di Denmark meraih rangking pertama dan menjadi benchmark bagi perusahaan-perusahaan listrik lain di seluruh dunia. Perusahaan ini memiliki target carbon neutrality di 2040 yang melingkupi seluruh rantai bisnisnya.
Syofvi menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan listrik dianggap memiliki peran penting sebagai pendukung tercapainya energi rendah karbon. Dekarbonisasi perusahaan listrik sangat sentral untuk mendorong transisi ke ekonomi rendah karbon.
WBA Climate and Energy Benchmark menilai bahwa perusahaan-perusahaan terpilih dapat berkontribusi terhadap tujuan pembangungan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) 13 dan SDGs 7 serta memberikan insentif untuk menyelaraskan strategi mereka dengan tujuan pembatasan pemanasan global di bawah 2oC sesuai dengan Perjanjian Paris.
Sementara itu, dengan kapasitas pembangkit yang terpasang sebesar 43,85 Gigawatt (GW), PLN berkomitmen untuk meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) dari 12% di 2018 menjadi 23 persen di 2025.
PLN telah memiliki kebijakan dan strategi terkait mitigasi perubahan iklim serta telah membentuk unit organisasi khusus untuk pengelolaan mitigasi dan adaptasi iklim. Hingga Mei 2020, kapasitas pembangkit EBT di Indonesia mencapai 7.963 Megawatt.
Selain itu, dalam program green transformation, PLN memperkenalkan model-model bisnis baru (green boosters) yang mendukung strategi PLN untuk pemenuhan target EBT dan mitigasi perubahan iklim. PLN juga rutin melaporkan hasil inventarisasi emisi gas rumah kaca melalui Laporan Keberlanjutan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: