Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gegara Sentimen Negatif, Investasi Saham Jiwasraya Ambyar

        Gegara Sentimen Negatif, Investasi Saham Jiwasraya Ambyar Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemberitaan gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang beredar di masyarakat pada 2018 dinilai memengaruhi anjloknya nilai saham yang dimiliki oleh perusahaan pelat merah tersebut.

        Hal itu diungkapkan Direktur PT PAN Arcadia Asset Management, Irwan Gunari. Dia dihadirkan sebagai saksi oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam persidangan lanjutan atas Perkara Pidana Nomor 33/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Jkt.Pst di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Klas 1A Khusus Jakarta Pusat, Rabu (15/7/2020) lalu.

        "Pada akhir 2018, saham Jiwasraya mengalami penurunan. Hal ini diakibatkan berita gagal bayar Jiwasraya," ujar Irwan.

        Baca Juga: BPK Bongkar Masalah LKPP 2019, dari Pajak sampai Jiwasraya

        Dia menegaskan bahwa isu tersebut menjadi sentimen negatif bagi pasar modal, khususnya saham-saham yang masuk dalam portofolio Asuransi Jiwasraya. Alhasil, nilai saham yang dipegang oleh BUMN asuransi ini pun menurun pada periode itu.

        "Jadi, isu gagal bayar ini sangat sensitif sekali. Isu negatif ini memengaruhi portofolio investasi saham," tegasnya.

        Senada dengan Irwan, Penasihat Hukum Heru Hidayat, Kresna Hutauruk juga mengatakan bahwa berdasarkan pengakuan manajer investasi (MI) dalam persidangan, isu gagal bayar tersebut menyebabkan nilai semua saham yang dimiliki oleh asuransi tertua di Indonesia ini anjlok.

        "Nilai saham itu bergantung sentimen negatif pasar. Kalau isunya negatif semua, maka otomatis nilai sahamnya anjlok. Dan itulah yang terjadi di Jiwasraya," ujar Kresna.

        Lanjutnya, sentimen negatif terhadap saham Jiwasraya terjadi saat manajemen mengumumkan gagal bayar. Semua MI yang dihadirkan JPU kemarin, jelas Kresna, mempertegas kondisi itu.

        Keputusan itu pun memicu penarikan dana nasabah secara signifikan (rush) dari saham-saham yang juga dipegang oleh Asuransi Jiwasraya. Selain itu, sentimen negatif itu lebih lanjut membuat saham-saham tersebut tidak lagi diminati investor.

        Oleh karena itu, Kresna menegaskan bahwa manajemen Asuransi Jiwasraya dengan Dirut Hexana Tri Sasongko harus bertanggung jawab atas ambruknya nilai saham yang dipegang BUMN ini.

        "Isu negatif ini kan dihembuskan oleh manajemen direksi baru Jiwasraya. Dan ini pemantik rush," tegasnya.

        Padahal berdasarkan keterangan seluruh MI, sambung Kresna, naik turunnya harga saham lumrah terjadi di lantai bursa. Bahkan, harga saham yang tergolong blue chips atau saham berkapitalisasi besar juga bisa mengalami penurunan.

        Sebaliknya, jelas dia, nilai saham yang dikategorikan lapis tiga atau yang berkapitalisasi kecil bisa naik signifikan tanpa diduga.

        "Jadi, saham bersifat fluktuatif, bisa naik, bisa turun. Demikian juga saham yang dimiliki Jiwasraya waktu itu memang nilainya turun semua," jelasnya.

        Kresna meyakini jika kondisi pasar membaik, maka harga-harga saham Jiwasraya ini akan terkerek naik lagi.

        Di samping sentimen negatif itu, Kresna mengatakan para MI mengakui bahwa anjloknya nilai saham yang dimiliki Jiwasraya di bursa turut dipengaruhi oleh kondisi pasar modal pada 2018. Kinerja indeks harga saham atau IHSG sepanjang tahun itu mengalami penurunan 2,5%.

        Penurunan IHSG sepanjang 2018 itu terkait erat dengan sejumlah sentimen negatif di ekonomi nasional, termasuk pertumbuhan ekonomi Indonesia yang belum beranjak dari 5%, depresiasi nilai tukar rupiah, dan defisit neraca perdagangan. Sentimen lain yang turut memengaruhi kondisi itu adalah kondisi luar negeri seperti perang dagang dan kenaikkan Fed Funds Rate (FFR) bank sentral Amerika Serikat.

        "Saya tanya MI, apakah hanya saham IIKP dan TRAM saja yang turun? Ternyata tidak. Karena hampir semua sahamnya turun," jelas Kresna.

        Dia mengatakan kondisi serupa dialami oleh portofolio saham yang dimiliki Asuransi Jiwasraya. Nilai sekitar 100 saham yang dimiliki BUMN itu menurun pada periode tersebut.

        Namun, Kresna menegaskan bahwa berdasarkan keterangan MI, kondisi itu bisa berbalik. Menurutnya, kinerja saham-saham milik Asuransi Jiwasraya bisa meningkat lagi bila kondisi ekonomi dan kinerja IHSG membaik. "Dan itu kesaksian MI yang dihadirkan JPU," terangnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: