Posisi China Makin Tertekan Usai Inggris Kirim Kapal Induk ke LCS
Inggris berencana mengerahkan kapal induk HMS Queen Elizabeth dan beberapa kapal perangnya ke Pasifik, yang menurut media setempat untuk misi melawan China. Beijing memperingatkan London agar tidak melakukan hal itu karena langkah tersebut akan sangat berbahaya.
Reaksi Beijing disampaikan Duta Besar China untuk Inggris, Liu Xiaoming, kepada surat kabar The Times. "Itu akan menjadi langkah yang sangat berbahaya," katanya.
Baca Juga: Agresif, Inggris Kerahkan Kekuatan Penuh buat Lawan China di LCS
Liu Xiaoming mengatakan ketika London memutuskan hubungan dagang dengan Uni Eropa akhir tahun ini, seharusnya tidak bersatu dengan Amerika Serikat (AS) melawan China dengan penyebaran militer.
"Setelah Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa) saya pikir Inggris masih ingin memainkan peran penting di dunia," katanya kepada surat kabar itu, yang dilansir AFP, Senin (20/7/2020). "Ini bukan cara untuk memainkan peran penting."
The Times pada pekan lalu melaporkan perencana militer Inggris telah menetapkan rencana untuk menempatkan kapal induk HMS Queen Elizabeth di Pasifik sebagai bagian dari aliansi internasional untuk melawan China.
Kapal senilai 3,1 miliar poundsterling itu akan berlayar pada penempatan perdananya tahun depan, dalam sebuah tur yang mencakup wilayah itu di tengah kekhawatiran atas kebebasan navigasi di Laut China Selatan.
Tetapi kemungkinan mengerahkan kapal induk di sana lebih permanen muncul karena ketegangan antara London dan Beijing meningkat terkait sejumlah masalah, dan karena hubungan AS-China juga memburuk secara nyata.
Inggris pada Selasa tunduk pada tekanan berkelanjutan dari Washington dan memerintahkan penghapusan bertahap raksasa telekomunikasi China, Huawei, dari jaringan 5G-nya meskipun ada peringatan pembalasan dari Beijing.
Liu Xiaoming menyebut langkah itu sebagai "keputusan yang mengecewakan dan salah" dan telah memperkirakan akan menyedot miliaran poundsterling investasi di Inggris dari perusahaan-perusahaan China.
"Sekarang semua hal (telah) berubah," katanya kepada The Times, yang menambahkan Huawei sekarang "contoh" untuk perusahaan China lainnya.
Inggris dan China juga telah berselisih mengenai Hong Kong, setelah Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional yang kontroversial di bekas wilayah kolonial Inggris tersebut.
London mengatakan sebagai respons-nya akan menawarkan penduduk Hong Kong jalur yang lebih luas untuk mendapatkan kewarganegaraan Inggris. Hal itu dapat membuka jalan bagi lebih dari tiga juta warga Hong Kong untuk pindah ke Inggris.
Nathan Law, salah satu aktivis demokrasi muda yang paling menonjol, mengumumkan pada hari Senin bahwa dia telah pindah ke Inggris karena undang-undang keamanan baru yang diberlakukan China di Hong Kong merupakan undang-undang yang kejam.
Undang-undang itu menghukum orang-orang yang dituduh subversi, melakukan hasutan, terorisme, dan kolusi asing. Ancamannya termasuk penjara hingga seumur hidup.
Law mengatakan kepada The Times keputusannya pindah ke Inggris adalah langkah strategis untuk gerakan ketimbang pilihan pribadi.
"Di Hong Kong, orang tidak lagi memiliki kebebasan berekspresi dan menghadapi intimidasi, penahanan sewenang-wenang dan penggunaan kekerasan oleh polisi secara sewenang-wenang," ujarnya.
"Keberadaan saya adalah sinyal peringatan ... untuk mengingatkan orang bahwa Hong Kong yang dulu Anda kenal sudah tiada," imbuh dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: