Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pendiri Snapchat: Covid-19 Tunjukkan Bobroknya Rasisme di AS

        Pendiri Snapchat: Covid-19 Tunjukkan Bobroknya Rasisme di AS Kredit Foto: Twitter/the_recent.column
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pandemi Covid-19 di Amerika Serikat (AS) telah menunjukkan betapa buruknya rasisma di AS. Pandemi telah berdampak secara tidak proporsional pada orang kulit hitam, di seluruh AS. Bahkan telah menjadi tahun ketidakadilan kesehatan dan sosial.

        "Hal terpenting yang telah dilakukan Covid, menurut pendapat saya, adalah telah mengungkap ketidakadilan yang luar biasa dalam masyarakat Amerika dan kegagalan banyak sistem kita," ujar CEO Snapchat Evan Spiegel.

        Baca Juga: Bill Gates Ungkap Ada yang Lebih Parah dari Pandemi Covid-19

        Spiegel menyayangkan sistem kesehatan AS yang terlihat bobroknya untuk menjaga rakyatnya.

        "Itu sangat jelas karena hasil di negara lain sangat berbeda. Negara lain telah mampu menangani krisis ini dengan lebih efektif," ujar Spiegel lagi.

        Menurut data CDC, masyarakat kulit hitam di AS tiga kali lebih mungkin terinfeksi virus corona dan hampir dua kali lebih mungkin meninggal akibat Covid-19 daripada orang kulit putih.

        “Ketika Anda melihat latar belakang rasisme yang bertahan di negara kita saat ini telah diperburuk oleh situasi, saya pikir secara umum ini adalah langkah yang sangat penting bagi negara kita untuk setidaknya melihat bahwa masalah ini nyata,” kata Spiegel.

        Harapan Spiegel adalah bahwa kali ini akan membawa perubahan.

        "Saya pikir hal terbesar yang telah [Covid-19] lakukan adalah menunjukkan ketidakadilan dalam masyarakat kita dan kegagalan negara kita untuk menjaga warganya," ujar Spiegel lagi.

        Evan Spiegel sendiri bersama sang istri supermodel Miranda Kerr telah menyumbang USD10 juta (Rp146 miliar) untuk bantuan Covid-19 di Los Angeles. Untuk diketahui, kekayaan Spiegel saat ini diperkirakan menyentuh angka USD4,53 miliar (Rp66 triliun), menurut data Bloomberg.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: