Setelah terjebak dalam lengkung harga US$515 per MT, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di bulan kedelapan 2020 kembali bersinar. Pasalnya, data CIF Rotterdam mencatat harga rata-rata CPO pada pekan I Agustus 2020 telah berada pada level US$714 per MT.
Nilai ini mengalami penguatan yang cukup tajam dalam enam bulan terakhir pasca-goncangan ekonomi selama pandemi Covid-19. Dibandingkan periode yang sama pada bulan sebelumnya, harga rata-rata CPO saat ini mengalami penguatan hingga mencapai 17,1 persen atau sekitar US$104,5 per MT.
Perlu diingat kembali bahwa level harga tersebut merupakan harga ideal yang menjadi batas aman untuk stakeholders yang terlibat.
Baca Juga: Pandemi Tak Halangi Sinar Mas Perkuat Rantai Pasok Produk Sawit
Baca Juga: Kemendag Bentuk Tim Kampanye Positif Sawit Indonesia
Permintaan terhadap minyak nabati dunia khususnya kelapa sawit semakin meningkat seiring dengan relaksasi lockdown yang terjadi di sejumlah negara importirnya, seperti China, India, dan Uni Eropa.
China yang menjadi importir minyak sawit terbesar asal Indonesia pada 2019 lalu diyakini siap membeli lebih banyak CPO dan produk turunannya di sisa tahun ini.
Strategist Eastport Maritime Singapura, Andrew Shipley mengatakan bahwa hujan deras dan banjir yang terjadi di beberapa bagian China Selatan dalam beberapa pekan terakhir telah mengganggu laju transportasi pengangkutan kedelai dan mengurangi ketersediaan minyak nabati di Negara Tirai Bambu tersebut.
Kondisi ini diperkirakan akan mendorong China meningkatkan impor minyak sawit sebagai alternatif atas keterbatasan stok domestik.
Sentimen positif lainnya yang mengerek naik harga CPO datang dari dalam negeri. Keberhasilan PT Pertamina atas uji coba green diesel (D100) pada Juli 2020 lalu menjadi jawaban atas energi ramah lingkungan untuk Indonesia.
Keberadaan green energy ini tentu membuat serapan minyak sawit domestik menjadi lebih optimal sehingga dapat mengimbangi kemungkinan penurunan permintaan ekspor yang pada akhirnya turut membantu kestabilan harga.
Dari sisi demand, curah hujan yang tinggi hingga mengakibatkan banjir di beberapa wilayah Kalimantan sebagai sentra produksi sawit juga membuat output terancam menurun. Sesuai dengan hukum ekonomi, ketika output menurun maka harga CPO akan terdongkrak naik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti