Mantan Perdana Menteri Lebanon Tammam Salam mengaku tidak tahu menahu mengenai adanya simpanan besar bahan kimia berbahaya amonium nitrat yang menyebabkan ledakan dahsyat di Ibu Kota Beirut pada Selasa (4/8/2020).
Dilaporkan Anadolu, Salam membantah menerima korespondensi atau informasi mengenai kedatangan pengiriman bahan kimia itu di Beirut pada 2013.
Baca Juga: Bantuan Sebesar 120 Ton Milik Arab Saudi Tiba di Lebanon
Dalam sebuah pernyataan pada Minggu (9/8/2020), kantor media Salam mengatakan bahwa laporan yang menuduhnya mengetahui kedatangan kapal yang membawa amonium nitrat ke Beirut adalah “palsu dan tidak benar”, demikian dilaporkan Middle East Monitor.
Sebelumnya, laporan media menyebutkan bahwa pengadilan Lebanon telah memerintahkan kapal untuk menurunkan muatannya di pelabuhan Beirut ketika Salam menjadi perdana menteri.
Para pejabat mengatakan ledakan itu disebabkan oleh ledakan 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman di pelabuhan selama enam tahun terakhir.
Salam, yang menjabat sebagai perdana menteri dari Februari 2014 hingga Desember 2016, memperbarui seruan untuk membentuk komisi internasional guna menyelidiki ledakan dahsyat yang menewaskan sedikitnya 158 orang dan melukai lebih dari 6.000 lainnya. Ledakan itu juga telah membuat hingga 300.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Pemerintah telah membentuk komite untuk menyelidiki insiden tersebut, yang terjadi ketika Lebanon menghadapi krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta pandemi virus corona.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: