Uji Klinis Ditutupi, Vaksin Rusia Timbulkan Banyak Efek Samping
Kabar mengejutkan muncul hari ini terkait vaksin corona buatan Rusia. Proses uji coba yang terbilang sangat singkat membuat para peneliti mempertanyakan keefektifan dan efek sampingnya.
Vaksin yang dikaitkan dengan Presiden Rusia saat ini, Vladimir Putin, dianggap banyak menutupi tiap tahap uji yang dilakukan. Namun, kini perlahan mulai terungkap. Sebut saja, jumlah relawan yang ikut uji klinis ternyata tak sampai 50 orang.
Vaksin Rusia yang banyak dipuji dan telah terdaftar sebagai penanganan Covid-19 nyatanya hanya dites pada 38 sukarelawan dewasa yang sehat, lapor kantor berita Fontanka. Dokumen telah diserahkan Rusia untuk pendaftaran vaksin Gam-Covid-Vac' dan dipuji habis-habisan oleh Putin. Sang presiden mengatakan bahwa penelitian itu dijalankan hanya dalam waktu 42 hari.
Baca Juga: Erick Nego Harga ke China, Biar Semua Warga +62 Bisa Divaksin
Baca Juga: Usai Disuntik Vaksin Rusia, Anak Putin Meninggal Dunia?
"Saya tahu bahwa ini bekerja cukup efektif, membentuk kekebalan yang kuat, dan saya ulangi, ia telah melewati semua pemeriksaan yang diperlukan," klaim Putin, dikutip dari Daily Star.
Rusia 'menciptakan vaksin virus corona pertama' dan Putin memberikannya kepada putrinya. Daftar panjang efek samping juga dicatat dari vaksin yang menurut Putin telah dicoba oleh salah satu putrinya.
"Tidak mungkin untuk lebih akurat menentukan kejadian efek samping karena terbatasnya sampel peserta penelitian," kata Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology, pembuat vaksin.
Di 38 orang, 144 efek samping dicatat dan telah dilaporkan. Kebanyakan lolos tanpa efek samping. Namun pada hari ke-42 penelitian, 31 efek samping tengah berlangsung. Di antara efek sampingnya adalah pembengkakan, nyeri, hipertermia atau suhu tubuh tinggi, dan gatal di tempat suntikan.
Manifestasi umum dilaporkan sebagai astenia seperti kelemahan fisik atau kekurangan energi, malaise, demam, nafsu makan menurun, sakit kepala, diare, nyeri pada orofaring, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, dan pilek. Tes tampaknya menunjukkan bahwa pada hari ke-42 setelah vaksinasi, serum darah semua relawan telah menetralkan antibodi terhadap virus dengan rata-rata 'titer' hanya 49,3.
Nilai 49,3 bahkan tidak mencapai tingkat rata-rata. Vaksin ini juga tidak diizinkan untuk mereka yang berusia di bawah 18 atau lebih dari 60 tahun karena kurangnya penelitian terhadap sampel. Vaksin ini juga tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui serta interaksi vaksin dengan obat lain dan pengaruhnya terhadap kemampuan mengemudi kendaraan juga belum ditelusuri.
Vaksin ini harus digunakan dengan "hati-hati" bagi mereka dengan berbagai kondisi termasuk penyakit kronis ginjal dan hati, diabetes, epilepsi, dan orang dengan riwayat stroke, penyakit pada sistem kardiovaskular, defisiensi imun, penyakit autoimun, reaksi alergi, atopi, dan eksim.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: