Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Perusahaan Raksasa: Trafigura, Pedagang Komoditas Paling Tajir

        Kisah Perusahaan Raksasa: Trafigura, Pedagang Komoditas Paling Tajir Kredit Foto: AFP/Fabrice Coffrini
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pasar komoditas global dibuat gonjang-ganjing oleh serangan virus corona. Pandemi Covid-19 yang ada mengganggu perdagangan dan dinamika penawaran-permintaan serta menciptakan ketidakpastian atas laju pemulihan. 

        Prospek pertumbuhan global selama bertahun-tahun telah terpangkas karena ketidakpastian yang ada. Pada gilirannya, ekonomi bersiap untuk melakukan pemulihan berkelanjutan dan prospek perubahan konsumsi jangka panjang.

        Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Hon Hai Precision, Gurita Bisnis dari Seorang Buruh

        S&P GCSI melaporkan, indeks komoditas dunia turun 34 persen sejak awal 2020. Hal itu diperparah saat pandemi Covid-19 melanda sehingga menempatkan beberapa harga terpuruk jatuh. Harga minyak mentah jatuh ke posisi terendah dalam empat dekade. Sebaliknya, emas melonjak ke level tertinggi sepanjang masa.

        Untuk logam dan permintaan kebutuhan listrik pada awalnya terpukul akibat kebijakan penutupan kota atau lockdown, tetapi pemulihan cepat membantu kembali menaikkan performa jual beli. Sementara di pasar daging dan biji-bijian, sebagian besar harga berada di bawah tekanan ketidakpastian.

        Pengamat pasar melihat perbaikan kondisi ekonomi makro dan sisi penawaran yang secara luas akan mendukung pemulihan harga komoditas. Meskipun hal itu terjadi dengan kecepatan yang tidak merata dan bertahap selama 12 bulan ke depan.

        Sementara dalam laporan Commodity Markets Outlook Bank Dunia, pada April 2020, sebagian besar harga komoditas turun sehingga menghasilkan harga jauh lebih rendah pada tahun ini.

        Kebijakan lockdown yang mengakibatkan terhentinya kegiatan ekonomi secara tiba-tiba merupakan salah satu penyebab komoditas energi dan logam merana. Sementara komoditas yang terkait dengan transportasi, termasuk minyak, mengalami penurunan paling tajam. Meskipun hanya berdampak moderat pada prospek sebagian besar komoditas pertanian, gangguan rantai pasokan dan langkah-langkah pemerintah untuk membatasi ekspor atau persediaan komoditas meningkatkan kekhawatiran bahwa ketahanan pangan mungkin berisiko di beberapa tempat.

        Raksasa perdagangan komoditas dunia, Trafigura Group, nyatanya memiliki cerita lebih manis. Dalam laporan semester pertama 2020, perusahaan sukses membukukan kenaikan laba bersih sebesar 27 persen. Rumah perdagangan yang berbasis di Jenewa membukukan kenaikan pendapatan tahunan 542 juta dolar AS selama enam bulan hingga 31 Maret. 

        Trafigura sendiri adalah perusahaan perdagangan komoditas multinasional bermarkas di Singapura. Mereka banyak melakukan perdagangan logam dan energi. Perusahaan ini juga masuk ke dalam pedagang minyak swasta terbesar kedua di dunia.

        Namun secara keseluruhan pendapatan tahunan Trafigura mengalami penurunan minus 5,1 persen pada 2019. Perusahaan yang banyak melakukan transasksi logam dan minyak ini hanya berhasil membukukan pendapatan tahunan sebesar 171,4 juta dolar AS. Sementara itu, laba bersih perusahaan tumbuh cukup baik di angka 2,6 persen dari 849.000 dolar AS menjadi 871.700 dolar AS. Alhasil, raksasa perdagangan ini harus turun ke peringkat 27 daftar Global 500, milik Fortune.

        Catatan tersebut terjadi sebagai dampak meruginya pasar minyak yang sedang tidak stabil. Sebaliknya, naiknya harga bahan pokok industri seperti seng dan timah memberikan pengaruh positif pada bisnis logam perusahaan.

        Pada Desember 2019, Trafigura menghadapi kasus penyelidikan korupsi oleh pihak berwenang di Brasil. Itu merupakan kasus di masa lalu ketika Trafigura pernah melakukan kegiatan bersama dengan perusahaan minyak Brasil, Petrobras.

        Dalam sebuah pernyataan, Trafigura mengatakan bahwa perusahaan menanggapi tudingan itu dengan serius. Pihak manajemen menyangkal itu semua dengan mengatakan mereka memiliki kebijakan yang tegas menolak penyuapan dan korupsi.

        Pada kesempatan kali ini, Senin (14/9/2020), Warta Ekonomi bakal mengulas kisah perusahaan raksasa di bidang perdagangan komoditas papan atas dunia tersebut. Dikutip dan diolah dari berbagai sumber, kami sajikan uraian tersebut menjadi tulisan sebagai berikut. 

        Embrio perusahaan raksasa itu bisa dilacak pada 1933 ketika perusahaan yang menjual bahan metal, energi dan minyak ditemukan. Namun, secara resmi Trafigura dibentuk pada 1993. 

        Sebuah grup terdiri atas enam orang mendirikan Trafigura Group pada 1993 sebagai perusahaan swasta. Claude Dauphin, Eric de Turckheim, Graham Sharp, Antonio Cometti, Daniel Posen, dan Mark Crandall membentuk perusahaan multinasional yang bergerak di bidang perdagangan komoditas. Sayangnya, hanya seorang, Dauphin yang menduduki posisi penting di perusahaan sebagai pimpinan utama dan CEO. 

        Meskipun menduduki posisi penting, Daupihin rupanya hanya memiliki kurang dari 20 persen saham Trafigura. Sementara lebih dari 700 manajer senior mengendalikan dan memiliki sisa saham perusahaan.

        Di awal pembentukan, jangkauan bisnis Trafigura belum banyak. Perusahaan awalnya berfokus pada tiga pasar regional, Amerika Selatan (minyak dan mineral), Eropa Timur (logam), dan Afrika (minyak). Seiring perkembangannya, perusahaan mampu menempuh perjalanan panjang dan berkembang secara global. 

        Omset Trafigura telah konsisten sejak tahun pertama didirikan. Pada 1996, jajaran direksi perusahaan mengakuisisi sedikit saham di bisnis minyak berbasis di Argentina bernama Puma Energy. Sayang nominal angka pembelian tidak dipublikasikan. Demikian pula, pada 1998, perusahaan mengakuisisi tambang Condestable di Peru.

        Trafigura mengakuisisi Puma Energy sepenuhnya sejak awal 2000. Dengan begitu, pijakan kaki di negara itu makin kuat. Dan karena ambisi yang cukup besar, pada 2003, perusahaan mendirikan Galena Assets Management untuk menangani bisnis pengelolaan dana.

        Trafigura pada 2008 sudah memiliki ekuitas lebih dari 2 miliar dolar AS dan omset lebih dari 73 miliar dolar AS. Laba yang dihasilkan di tahun itu pun mencapai 440 juta dolar AS.

        Pada 2010, Trafigura melakukan dua pokok kegiatan penting. Pertama, perusahaan masuk ke pasar modal dengan mematok harga 400 juta euro (539 juta dolar AS). Kedua, tambang nikel dan paladium Rusia, Nornickel dibeli sahamnya oleh Trafigura sebanyak 8 persen.

        Bulan berikutnya Trafigura mencatatkan obligasi subordinasi abadi pertamanya di Bursa Singapura (SGX) pada tingkat bunga tetap 7,625 persen. Penerbitan tersebut mengumpulkan 500 juta dolar AS dalam bentuk modal jangka panjang yang diperlakukan sebagai ekuitas oleh aturan akuntansi internasional, meninggalkan para pemegang saham asli.

        Pada 2011, pendapatan Trafigura meningkat menjadi 121,5 miliar, dengan laba menjadi 1,11 miliar dolar AS tetapi dengan penurunan 11 persen pada 2012.

        Lalu perusahaan melakukan berapa investasi yang menjanjikan pada 2013, dimulai dengan investasi 800 juta dolar di pasar energi Australia yang memperoleh dua terminal untuk impor minyak dan lima depot bahan bakar, dengan lebih dari 250 pompa bensin. 

        Trafigura sepertinya memiliki masalah tersendiri pada 2013. Sebab di tahun itu perusahaan mengalami sejumlah kontroversi besar. Skandal oil-for-food di Irak, pembuangan limbah di Pantai Gading, ledakan bahan kimia di Norwegia, dan kontroversi Malta 2013 adalah beberapa kontroversi utama yang mengganggu perusahaan dan memengaruhi citra publiknya.

        Pembuangan limbah beracun di Pantai Gading adalah skandal terlama dalam sejarah perusahaan yang berakhir dengan perusahaan membayar denda 1 juta euro dan kompensasi 300.000 euro kepada Otoritas Belanda. Kontroversi ini telah mengakibatkan tuntutan hukum lebih lanjut dan denda berikutnya, tetapi Trafigura telah berhasil menghilangkan gangguan dan terus berhasil menghasilkan keuntungan.

        Sebagai konsekuensinya, Trafigura merilis laporan keuangan untuk pertama kalinya, melaporkan laba kuartal pertama sebesar 216,1 juta dolar AS atau naik 3,2 persen dari tahun sebelumnya. Pendapatan tumbuh 7,9 persen menjadi 31,2 miliar dolar AS.

        Sementara itu, Trafigura mampu membalikan keadaan pada 2014. Di awal bulan saja, perusahaan menandatangani perjanjian akuisisi 30 persen saham di pabrik peleburan tembaga 400.000 ton per tahun dari Jinchuan Group, China.

        Pertengahan tahun, perusahaan meluncurkan Lykos, platform daring untuk menjual logam ke produsen kecil dan menengah di India. Masih di pertengahan tahun, Trafigura mengumumkan patungan 50:50 dengan perusahaan invetasi Abu Dhabi, Mubadala Development Company. Mubadala mengakuisisi 50 persen operasi penambangan.

        Di akhir tahun tepatnya Agustus 2014, anak perusahaan Trafigura, Impala Terminal, menginvestasikan USD1 miliar di Kolombia untuk mengembangkan jaringan jalan darat, kereta api, dan sungai baru yang menghubungkan pelabuhan pesisir utama dengan pusat industri Kolombia. Sebulan kemudian Trafigura menyelesaikan penjualan 80 persen saham senilai 860 juta dolar AS di terminal penyimpanan minyak Corpus Christi Texas kepada Buckeye Partners LP.

        Dan Oktobernya, Trafigura dan grup investasi Rusia United Capital Partners masing-masing akan mengambil 24 persen saham di Essar Oil, yang memiliki kilang minyak swasta terbesar kedua di India di negara bagian barat Gujarat serta jaringan 2.700 stasiun pengisian bahan bakar.

        Pada Maret 2016, Trafigura menutup pinjaman tiga tahun 46 juta yen (413 juta dolar AS), menggandakan jumlah pinjaman Samurai 2014.

        Dalam sejarah perjalannya, Trafigura tetap konsisten menghasilkan banyak keuntungan. Itu bisa dikatakan sebagai prestasi yang cukup berarti. Sekarang grup ini dapat membanggakan banyak hal karena perjuangan yang dilalui di masa lalu.

        Seiring dengan keadaan infrastruktur dan aset penting di seluruh dunia, hal itu telah memantapkan Trafigura sebagai salah satu nama terpenting di pasar komoditas global.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Muhammad Syahrianto
        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: