Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Meghan Markle: Saya Gak Ingin Jadi Bangsawan

        Meghan Markle: Saya Gak Ingin Jadi Bangsawan Kredit Foto: Reuters/Daniel Leal-Olivas
        Warta Ekonomi, London -

        Meghan Markle mengaku ia 'tak pernah ingin menjadi seorang Lady', saat kehidupan barunya sebagai pengantin kerajaan semakin dekat.

        Usai keluar dari kerajaan, Pangeran Harry dan Meghan Markle kini bisa dibilang telah berhasil menjadi mandiri secara finansial.

        Baca Juga: Melihat Angka Kontrak Harry-Meghan dengan Netflix

        Seperti yang telah diketahui pasangan penuh kontroversial itu baru saja menandatangani kesepakatan bersejarah dengan Netflix bernilai triliun.

        Mereka juga telah membeli rumah mewah di California dan dilaporkan tidak lagi membutuhkan bantuan keuangan dari Pangeran Charles.

        Kesepakatan itu datang berbulan-bulan setelah mereka secara dramatis keluar dari Keluarga Kerajaan.

        Pangeran Harry dan Meghan Markle memberikan kabar mengejutkan dunia dengan mengumumkan keputusan 'mundur' dari tugas senior.

        Namun, kepindahan itu mungkin tidak terlalu mengejutkan bagi sebagian orang.

        Sebelumnya Meghan Markle banyak mengisyaratkan kesulitan di masa depan sebelum dia menikahi Pangeran Harry.

        Dikutip dari laman Express, Meghan Markle pada 2016 lalu mengungkapkan kesulitan pribadi yang dia hadapi dalam mendamaikan pekerjaannya di luar negeri dengan PBB dengan kemewahan Hollywood.

        Ia juga menjelaskan kesulitan mental yang dihadapinya setelah menghabiskan waktu lama untuk mengerjakan proyek kemanusiaan di Rwanda, langsung ke acara penghargaan.

        "Otak, hati, dan jiwa saya tidak dapat mengubah persneling secepat itu, dari pekerjaan yang digerakkan oleh tujuan yang telah saya lakukan sepanjang minggu di Rwanda hingga pertunjukan penghargaan yang glamor," ujar Meghan.

        "Saya tidak pernah ingin menjadi wanita yang makan siang. Saya selalu ingin menjadi wanita yang bekerja," tambahnya.

        Meghan Markle mengungkapkan dengan ketenaran datang kesempatan, tetapi itu juga termasuk tanggung jawab untuk mengadvokasi dan berbagi.

        Selama kunjungan seminggu di bulan Februari 2016 silam, Duchess of Sussex mengunjungi proyek air bersih, membantu membangun sumur dan bertemu dengan banyak warga Rwanda yang memiliki dampak abadi pada hidupnya.

        Tapi poin Meghan tentang 'tidak pernah ingin menjadi seorang Lady' dapat dilihat sebagai simbol perjuangannya di kerajaan.

        Meghan Markle tidak merahasiakan betapa sulitnya dia menjadi bagian dari mesin kerajaan yang lebih luas.

        Kemudian biografi simpatik 'Finding Freedom' menunjukkan bahwa Meghan benci 'tidak memiliki suara'.

        Berdasarkan komentar Meghan Markle yang lalu, ia mengaku 'selalu ingin menjadi wanita yang bekerja'.

        Oleh karena itu, gagasan 'jangan pernah mengeluh, jangan pernah menjelaskan', mantra Keluarga Kerajaan akan terasa sangat asing bagi Meghan.

        Dia telah memperluas ini setelah meninggalkan Keluarga Kerajaan juga.

        The Duchess of Sussex tampak lega saat dia berbicara dalam pesan video setelah kematian mengerikan George Floyd memicu gerakan Black Lives Matter awal tahun ini.

        Meghan mengatakan ia 'menggunakan suaranya dengan cara yang tidak bisa dia lakukan akhir-akhir ini'

        "Senang rasanya bisa pulang," ungkapnya.

        Baru kemarin, Meghan mengeluarkan pernyataan sepenuh hati menyusul berita kematian Ruth Bader Ginsburg.

        "Dengan warisan yang tak tertandingi dan tak terhapuskan, Ruth Bader Ginsburg akan selamanya dikenal sebagai wanita yang cemerlang, seorang Keadilan keberanian, dan manusia yang memiliki keyakinan yang dalam," tuturnya.

        "Dia telah menjadi inspirasi sejati bagi saya sejak saya masih kecil. Hormati dia, ingat dia, bertindak untuknya," tambahnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: