Kabar buruk terkait jurang resesi di depan mata bagi Indonesia sepertinya telah menimbulkan berbagai persepsi dan asumsi dari sejumlah pihak. Banyak pihak yang pesimis akan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, tetapi tak ayal masih sangat dominan sikap optimistis dan harapan akan pemulihan perekonomian Indonesia sesegera mungkin.
Senada dengan hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan masih ada harapan adanya pemulihan kinerja ekonomi. Terutama kegiatan manufaktur dan adanya perbaikan harga sejumlah komoditas pada kuartal III-2020.
Sebelumnya, Menkeu memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 terkontraksi sebesar 2,9 persen.
Baca Juga: BPDPKS Kucurkan Rp9,24 M, Gapoktan Sumbar Bersyukur atas Program Replanting Sawit
Baca Juga: CPO CIF Rotterdam W3 September: Flying to The Moon!
"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9 persen sampai minus 1,0 persen. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun, kita usahakan dekati nol," kata Sri Mulyani.
Adapun harga sejumlah komoditas yang disebut naik, di antaranya minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang menjadi andalan ekspor pemerintah.
CPO yang seringkali dituduh sejumlah pihak antisawit sebagai biang kerok kerusakan lingkungan dan tidak menghasilkan keuntungan ekonomi tersebut pun muncul sebagai salah satu jawara penyelamat ekonomi Indonesia.
Menkeu menjelaskan, harga CPO merangkak naik setelah tertekan luar biasa pada Mei dan Juni, dan sudah terlihat pulih di Agustus dan September.
Selain itu, Menkeu juga menyinggung terkait harga minyak dunia yang masih tinggi di atas level US$40 (Rp594.520) per barel. Bahkan, sudah melebihi asumsi Perpres 54/2020, yang mana baseline asumsi Indonesia Crude Price (ICP) yakni sebesar US$38 (Rp564.794) per barel untuk harga rata-rata sepanjang 2020.
Tidak hanya itu, sebagai aset safe haven (aman investasi), harga emas juga mengalami kenaikan sejak Agustus lalu dan masih bertahan tinggi di September ini.
Kendati demikian, disebutkan Sri Mulyani, "batu bara belum ada pemulihan, masih syok, sejak Mei dan belum ada tanda pemulihan, harga stabil. Jadi, dalam hal ini RI, komoditas batu bara masih tertekan, CPO membaik, LNG (Liquefied Natural Gas) ada perbaikan meski masih labil."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti