Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        KOL Stories: How to Create Online Business

        KOL Stories: How to Create Online Business Kredit Foto: Unsplash/Marvin Meyer
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Selama pandemi Covid-19, banyak orang yang berinisiatif mencari penghasilan tambahan dengan berjualan. Mereka memasarkan produknya melalui aplikasi perpesanan dan media sosial seperti WhatsApp, Instagram, dsb.

        Selain itu, adapula beberapa orang yang karena dirumahkan atau di-PHK oleh perusahaan terpaksa harus menjadi entrepreneur dadakan. Mereka terjun ke dunia bisnis hampir tanpa bekal pengalaman dan pengetahuan.

        Baca Juga: Bisnis Online Jadi Dropshipper: Usaha Tanpa Modal, Bisa dari Rumah!

        Berbisnis online menjadi salah satu opsi paling realistis kala pandemi masih membatasi kontak fisik. Perekonomian digital juga menjadi salah satu yang sedang dikejar oleh pemerintah. Data Google, Temasek, dan Bain menyebutkan, nilai ekonomi digital Indonesia pada 2019 sebesar US$40 miliar atau sekitar Rp595,4 triliun.

        Di tengah pandemi, Warta Ekonomi berinisiatif melalui program KOL Stories mengundang Ramadhan Dian Arianto, seorang praktisi digital marketing yang kerap membahas dan memberikan saran tentang berjualan online melalui akun Instagramnya.

        Sebelum dikenal dengan akun jualanbarengrama, Rama memulai menjajaki ranah digital dengan nama eagleway.id. Merasa susah dibaca, nama itu pun diganti dengan swarabisnis. Akhirnya, Rama pun mengganti lagi nama akunnya dengan pendekatan yang lebih personal. Jualanbarengrama kini menjadi salah satu akun pegiat konten edukasi tentang berbisnis online yang diadaptasi dari pengalaman Rama sendiri.

        Inilah hasil wawancara redaksi Warta Ekonomi dengan Ramadhan Dian Arianto, Founder jualanbarengrama.

        Apa bekal utama bagi seseorang yang ingin memulai bisnis, khususnya bisnis online?

        Bekal utamanya itu gratis. Bekal utamanya itu pola pikir atau biasa kita sebut mindset. Karena mindset itu hal yang paling penting dari bisnis itu sendiri. Bisnis itu berbeda dengan kerja. Bisnis itu dihadapkan dengan ketidakpastian. Dia hari ini bisa untung besar, besok bisa rugi besar.

        Bagaimana cara membuat produk andalan yang bisa menjadi penopang utama bisnis?

        Yang paling penting itu riset dulu. Riset apa yang sedang jadi tren. Cara menemukan ini winning product atau tidak itu lewat riset. Yang kedua kita tes pasar. Kira-kira produk mana yang paling laku. Itu yang stocknya ditambah.

        Apa saja do's and don'ts saat seseorang memulai bisnis secara online?

        Yang boleh dilakukan adalah kita harus selalu belajar. Jangan pernah berhenti di satu titik. Kita berada di ketidakpastian. Kalian harus bisa menyiapkan sebuah mental, sebuah kesiapan bahwa bisnis kalian akan gagal, apalagi untuk pemula. Justru memang harus gagal, kalau enggak gagal enggak ada seninya.

        Yang harus dilakukan adalah belajar, praktik, gagal, gagal lagi bikin strategi baru.

        Yang tidak boleh dilakukan yaitu banyak mengeluh. Baru mulai jualan mau untung besar, baru sebulan dua bulan jualan sudah gulung tikar. Bisnis itu seperti menempuh perjalanan.

        Kemudian jangan kebanyakan ekspektasi dulu. Banyak orang baru buka bisnis sudah ekspektasi besar. Idealis boleh, tapi harus realistis. Jalanin dulu, jangan mikir ke sana-sana. Apalagi baru buka misal bisnis kuliner, kemudian sudah buka bisnis kedua. Padahal, bisnis kulinernya belum berkembang. Itu akan memecah konsentrasi. Setiap bisnis punya seninya sendiri-sendiri.

        Lalu, untung sedikit disyukuri. Kebanyakan orang tidak mensyukuri untung yang kecil, jadinya negatif.

        Bagaimana cara efektif memasarkan produk di aplikasi perpesanan seperti WA dan medis sosial?

        Kalau sekarang mau lewat platform apapaun, kembali lagi ke kontennya. Kalau kontennya tidak menarik ya sama saja. Kalau dibilang cara yang efektif saat ini Instagram ads. Tapi kembali lagi, mau pengaturan Instagram ads-nya sebagus apapun, analitiknya atau datanya sedetail apapun, kalau kontennya tidak menarik, sama saja.

        Urusan konten kembali ke branding. Visual identitynya seperti apa, penawarannya seperti apa, tujuanya seperti apa. Ada yang tujuannya awareness, meningkatkan kesadaran. Terus ada yang tujuannya reminder, buat mengingatkan, atau retargeting juga bisa, look alike juga bisa, untuk mencari orang-orang yang memiliki kemiripan dengan sesuatu yang kita jual.

        Jadi kontennya menarik, tujuannya jelas, dan penawarannya bisa grab attention, menarik perhatian mereka.

        Bagaimana cara meningkatkan loyalitas pelanggan?

        Sebetulnya ini simple sekali, buat janji lalu tepati. Kalau memang produk itu enak, ya sampaikan kalau produk itu enak. Misal penjual bilang ini bakso terenak di Bandung. Kemudian ada yang mencoba kemudian bilang bakso itu paling enak dari semua yang pernah dia coba di Bandung. Pasti pengunjung itu akan kembali lagi. Karena apa yang dia sampaikan realitanya seperti itu.

        Kalau fashion misal kalau pakai baju ini jadi terlihat langsing. Janjinya terlihat langsing. Kemudian ada orang gemuk beli baju itu ternyata tidak terlihat langsing. Akibatnya citra brand jadi tercoreng.

        Kita memainkan bukan pada produk, tapi kita berkompetisi di pikiran orang. Kenapa ada orang yang berpikir bahwa produk murah itu tidak bagus, kalau produk mahal itu bagus, itu kan persepsi orang. Ini permainan persepsi.

        Kaya misal tadi bakso di Bandung, persepsinya orang mikir ini paling enak di Bandung. Kemudian terjadilah ekspektasi. Kalau sudah ada ekspektasi kemudian harus dibuktikan.

        Saat ini Instagram menjadi salah satu aplikasi media sosial yang populer di Indonesia, apa saja tips memanfaatkan Instagram bagi pebisnis pemula?

        Yang bisa saya share tentang Instagram ads itu lebih tertarget. Variabelnya bisa kita kontrol, lokasinya, seberapa luas jangkauanya, orangnya seperti apa. Kecuali endorse atau paid promote, itu kan traffic yang tidak bisa kita kontrol.

        Sekarang juga banyak selebgram yang endorse asal endorse. Mereka endorse dengan up konten kalian, terus di Instastory berikutnya endorse online shop yang lain. Itu tidak efektif sama sekali. Karena kecepatan orang men-slide, jika sesuatu tidak menarik tinggal slide.

        Baca Juga: Cara Kerja Digital Marketing

        Bagaimana cara menentukan partner dan mentor bisnis?

        Awal saya mulai bisnis itu saya ditipu oleh partner saya. Buat teman-teman yang ingin mencari partner bisnis jangan asal kenal karena yang kenal juga bisa menipu. Yang paling utama adalah pelajari orangnya seperti apa, dari keluarga mana, sekolah di mana, tongkrongannya di mana, semua itu harus dicari tahu.

        Perjanjian hitam di atas putih juga sebagai pengikat, tapi pengikat yang lebih kuat ya kepercayaan. Percuma kalau ada perjanjian hitam di atas putih, tapi kalau tidak ada kepercayaan.

        Kemudian, hati-hati dengan ego. Ego yang akan merusak juga. Saya maunya ke sana, dia maunya ke sini. Ego, visi, dan misi harus sama. Kerangka berpikir berbeda tidak masalah, tapi setidaknya goals-nya jelas, pembagian income-nya seperti apa, itu juga harus jelas.

        Lalu mentor, yang harus teman-teman tahu, mentor itu tidak sepenuhnya benar. Karena mentor itu hanya bisa menjelaskan dari garis besar. Tiap lini bisnis punya treatment-nya sendiri-sendiri. Seperti bisnis fashion penanganannya tidak sama dengan kuliner. Tapi secara garis besarnya itu ada, seperti optimasi iklan Instagram. Lalu cara membangun audiens, cara membuat personal brand. Tapi kalau detailnya pasti berbeda.

        Kalau ditanya mentor seperti apa yang terbaik, setiap mentor punya taste masing-masing.

        Bagaimana cara agar bisnis tumbuh secara berkelanjutan?

        Jangka panjang itu tergantung owner dan tergantung produknya juga. Kalau kita main di produk kebutuhan seperti baju, makanan, minuman, itu kemungkinan akan berkelanjutan karena orang itu butuh. Itu juga harus up to date. Misal kaya bisnis minuman dan makanan harus melihat perilaku masyarakat juga, apakah masyarakat mulai bosan, nah berarti perlu menu baru.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: