Amien Rais Bikin Heboh Lagi, Sekarang Luncurkan Buku Berjudul: Jokowi Mundur atau..
Politisi senior Amien Rais kembali meluncurkan buku risalah kebangsaan dengan judul Pilihan buat Pak Jokowi: Mundur atau Terus.
Dalam akun YouTube Amien Rais Official, ia mengatakan ada 13 masalah yang diurai dan dijelaskan melalui buku tersebut. Menurut dia, apa yang tertulis dan terangkum dalam ke-13 bab tersebut sudah berdasarkan fakta di lapangan.
"Saya mencatat ada 13 masalah yang memang tidak mengada-ada. Jadi, saya dan saudara sekalian kan dididik di sekolah maupun di kampus, kalau berpendapat tidak boleh hanya asal bicara," katanya seperti dikutip di Jakarta, Senin (28/9/2020).
Baca Juga: Amien Rais Bicara Blak-Blakan Ihwal Komunisme: Rakyat Sedang Ditipu Oknum Rezim Jokowi
Lanjutnya, ia menyadari bahwa kehadiran buku yang ia tulis akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan pubik. Namun, ia berharap agar pendapatnya dalam buku tersebut bisa menjadi sumbangsih dan dapat ditanggapi dengan baik melalui diskusi-diskusi ilmiah.
"Tentu saya sadar yang saya sampaikan ini menimbulkan pro dan kontra. Tapi di sini pun saya tidak menantang, tapi mengajak mumpung masih ada waktu mengapa kita tidak berdiskusi, bukan berdebat," kata Amien.
Baca Juga: Pengamat: Parpol Baru Amien Rais Sangat Transaksional dan Pragmatis
"Berdiskusi mencari jalan keluar dari kesemrawutan sekarang ini. Dan ini sumbangsih saya secara kecil-kecilan, enteng-entengan istilah saya. Siapa tahu dapat memberikan tambahan wawasan buat kita semuanya," tukas dia.
Dalam buku terbaru tersebut Amies Rais mengangkat beragam topik, yakni salah satunya soal komunisme. Memberi Angin Kebangkitan Komunisme adalah bab 2 di buku terbaru Amien Rais.
"Memang saya melihat itu komunisme diberi angin yang sangat kencang dalam kepemimpinan Pak Jokowi ini. Jadi ini ada kaitannya juga dengan Lebensraum yang dilakukan oleh China itu karena ada kaitan luar biasa," ujar Amien Rais dalam peluncuran bukunya.
Dalam bukunya itu, Amien Rais membeberkan jumlah orang yang terbunuh oleh kaum komunis di berbagai negara. Di Kamboja, 2.035.000 orang pada periode 1975-1979. Kemudian, 77.277.000 orang pada periode 1949-1987 di Republik Rakyat China (RRC).
Baca Juga: Gembar-Gemborkan Isu PKI, Gatot Nurmantyo Ditantang: Kalau Berani Ayo Bertarung
Lalu, 1.585.000 orang pada periode 1945-1948 di Polandia. Selanjutnya, 1.563.000 orang di Korea Utara pada periode 1948-1987, 1.670.000 orang di Vietnam pada periode 1945-1987, 1.072.000 orang di Yugoslavia pada periode 1944-1987 dan 61.911.000 orang di Uni Soviet pada periode 1917-1987.
"Ada fenomena yang memprihatinkan bagi banyak orang yang berpikir kritis dan mengikuti perkembangan komunisme internasional mutakhir. Mengapa? Mereka prihatin karena banyak tokoh pendukung rezim yang berusaha meyakinkan masyarakat bahwa sudah mati dikubur, dan komunisme sudah tidak laku lagi. PKI sudah jadi hantu. Juga tidak ada lagi negara yang masih menerapkan komunisme, marxisme, dan leninisme," tutur pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
Baca Juga: Pengamat: Parpol Baru Amien Rais Sangat Transaksional dan Pragmatis
Dalam bukunya itu, dia menuliskan para komunis malam yang berupaya meyakinkan masyarakat bahwa komunisme sudah jadi bagian sejarah masa lalu lupa bahwa di zaman internet sekarang ini seluruh informasi global di bidang apa saja sudah sangat mudah diakses oleh setiap orang.
"Mereka buta bahwa RRC yang menjadi junjungan beberapa oknum dalam rezim Jokowi pada hakikatnya merupakan kekuatan komunisme internasional yang paling dahsyat," tuturnya.
Dia melanjutkan, bila dulu Mao Zedong (MaoTse Tung) mempropagandakan dan memaksakan Maoisme sebagai ideologi tunggal RRC, maka Xi Jinping, penguasa puncak dan penguasa tunggal RRC, yang jadi presiden dan sekaligus sekjen PKC, sekarang ini telah mengeluarkan Xi Jinpingisme.
Kata Amien Rais, di antara 14 butir ideologi XiJinping disebutkan bahwa PKC memegang kekuasaan mutlak atas Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dan mengukuhkan jabatan Xi sebagai penguasa tunggal China seumur hidup.
Dia menambahkan, keputusan Kongres PKC itu diambil pada 2017 dan sekaligus menekankan bahwa China harus melaksanakan nilai-nilai asasi dari marxisme, komunisme, dan sosialisme walaupun ada embel-embel sesuai ciri-ciri China.
"Perhatikan, marxisme, komunisme, dan sosialisme masih jadi rujukan baku China. Oknum-oknum rezim Jokowi sedang menipu rakyat Indonesia ketika mereka menyatakan bahwa sudah tidak ada lagi komunisme di muka bumi dan juga tidak perlu khawatir PKI akan muncul kembali. Kata mereka tidak ada lagi negara yang menganut marxisme, leninisme, komunisme," tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil