Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Drama Cinta Jadi Benci, Begini Kisah Louis Vuitton yang Ragu dengan Tiffany

        Drama Cinta Jadi Benci, Begini Kisah Louis Vuitton yang Ragu dengan Tiffany Kredit Foto: Forbes
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Cinta jadi benci, itulah kata yang cocok menggambarkan kondisi bisnis LVMH dan Tiffany & Co. Sebelumnya, LVMH pernah berkata bahwa Tiffany Co berdiri untuk cinta. Tapi, raksasa barang mewah itu sekarang menggambarkan toko perhiasan New York ini sebagai perusahaan yang salah kelola dengan prospek suram.

        Pemilik Louis Vuitton pun membuat klaim dalam gugatan balik terhadap Tiffany dalam perselisihan atas kesepakatan pengambilalihan USD16,2 miliar (Rp241 triliun). Dilansir dari BBC International di Jakarta, Rabu (30/9/2020) LVMH mengklaim Tiffany bukan lagi bisnis yang disepakati untuk dibeli November lalu sebelum pandemi.

        Baca Juga: Heboh Skandal Pajak, Apakah Benar Donald Trump Miliarder? Jawabannya...

        Tiffany membantah hal itu dan mengatakan argumen spekulatif LVMH adalah upaya terang-terangan untuk tidak membayar USD135 (Rp2 juta) per saham yang telah disepakati.

        Perusahaan perhiasan yang diabadikan dalam novel Truman Capote, Breakfast at Tiffany's, telah mengajukan gugatan terhadap LVMH setelah raksasa barang mewah Prancis itu mengatakan akan meninggalkan kesepakatan, yang terjadi November lalu sebelum pandemi.

        Tiffany mengatakan ingin LVMH menyelesaikan pengambilalihan dengan persyaratan yang disepakati dan mengatakan hanya mengalami kerugian selama tiga belas minggu sebelum menjadi menguntungkan lagi.

        "Argumen aneh LVMH adalah upaya terang-terangan lainnya untuk menghindari kewajiban kontraknya untuk membayar harga yang disepakati untuk Tiffany," ujar ketua Tiffany, Roger Farah.

        Tetapi dalam tuntutan balasannya, LVMH mengatakan hal itu hanya menguntungkan Tiffany di mana lima eksekutif teratas Tiffany dapat menerima bonus USD100 juta jika kesepakatan dilanjutkan.

        "Bisnis yang diusulkan LVMH untuk diakuisisi pada November 2019 - Tiffany & Co, merek ritel mewah yang secara konsisten menguntungkan, tidak ada lagi," ujar LVMH dalam dokumen pengadilan.

        Ia juga menuduh perusahaan membayar pembayaran dividen yang besar ketika membukukan kerugian, mengambil hutang ekstra dan membakar uang tunai.

        LVMH, yang dipimpin oleh orang terkaya Prancis, Bernard Arnault, awalnya menawarkan USD120 (Rp1,8 juta) per saham untuk Tiffany sebelum menaikkannya menjadi USD135. Namun, sejak itu, harga saham Tiffany turun dan sekarang diperdagangkan pada USD116,44 (Rp1,73 juta).

        Tiffany memulai pertengkaran ketika menuntut LVMH karena mengulur waktu awal bulan ini. Pertimbangan akibat dampak virus corona telah membanting pendapatan sektor mewah dan menurunkan penjualan Tiffany sebesar 36%. Hal ini menjadikan LVMH ragu akan kesepakatan tersebut.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: