Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Oh, Tsunami 20 Meter, Terus Gempa M9,1 Hanya Isu Lama, Pakar Sarankan Ini...

        Oh, Tsunami 20 Meter, Terus Gempa M9,1 Hanya Isu Lama, Pakar Sarankan Ini... Kredit Foto: Antara/Nyoman Budhiana
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pakar Geofisika, Hery Harjono mengapresiasi hasil kajian dari para ahli ITB yang menyebut adanya potensi gempa megathrust, Magnitudo (M) 9,1 yang mengakibatkan tsunami setinggi 20 meter di selatan Pulau Jawa. Baca Juga: Skenario Jika Tsunami 20 Meter Benar-benar Terjang Pantai Selatan Jawa

        Mantan Kepala Puslit Geoteknologi itu memastikan, bahwa hasil kajian dari Global Geophysics Reasearch Group ITB dapat dipertanggungjawabkan secara ilimiah. Baca Juga: Astaga Naga! Ada Potensi Tsunami Hingga 20 Meter, MPR Langsung Desak..

        "Saya apresiasi para ilmuwan yang telah mempublikasi hasil risetnya di jurnal yang prestisius. Artinya hasil riset ini sudah direview dengan ketat untuk bisa diterbitkan. Penulis utamanya salah satu ilmuwan terbaik yang kita miliki. Saya hanya ingin mengatakan riset mereka bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah," kata Hery saat dihubungi Okezone, Jumat (2/10/2020).

        Meski demikian, mantan Deputi Kepala LIPI Bidang Ilmu Pengetahuan tersebut menerangkan bahwa hasil kajian tersebut merupakan isu lama.

        Hery menerangkan, selama ini banyak dugaan tentang potensi gempa dan tsunami di selatan Jawa. kata dia, peneliti LIPI Danny Hilman Natawidjaja juga sudah pernah mengemukakan tentang potensi tsunami di selatan Jawa pada pertemuan American Geophysical Union (AGU) di Amerika Serikat pada 2013 silam.

        "Pada 2013 kalau tidak salah. AGU dikenal sebagai asosiasi profesi yang prestigius juga. Jadi ini isu lama," ucap dia.

        Hary mengatakan, selatan Jawa merupakan zona gelap tentang potensi bencana. Menurut dia, selama ini kajian dan penelitian potensi bencana hanya dilakukan di Sumatera yang menjadi role model klasik potensi bencana di dunia.

        "Betapa tidak, Sumatera yang diuntungkan dengan ajaran pulau di sebelah barat itu memungkinkan kita meletakkan segala peralatan untuk memonitor deformasi yang terjadi di bawah Sumatera. Para geologi pun leluasa menyibak hideformasi dan gempa di masa lalu dari rekaman yang tersimpan dalam formasi batuan," lanjut dia.

        Profesor Riset Geologi-Geofisika itu melanjutkan, data seismik refleksi dalam (deep seismic relection) yang menembus perut Sumatera sampai kedalaman 50-60 kilometer ada di dua daerah yakni daerah episentral gempa Aceh 2004 dan satu di Mentawai.

        "Seingat saya baru tiga seismik refleksi dalam itu kita kerjakan. Satu lagi di sekitar Timor. Itu tahun 1996. Semua didukung industri karena mahal. Yang di Sumatera LIPI dan BPPT bekerjasama dengan Institut Physique du Globe de Paris (IPG Paris) Prancis dan disupport industri perminyakan. Kebetulan saya ikut menangani," kata dia.

        Hery menambahkan, pihaknya juga menggagas penelitian tentang potensi bencana di Mentawai, Sumatera Barat. Kajian potensi bencana di Jawa baru dilakukan setelah peristiwa gempa dan tsunami Aceh.

        "Menyadari sedikitnya data, maka kami mulai melacak tsunami purba (paleo tsunami) dengan harapan mengetahui gempa pemicunya dan periode ulangnya," tambah Hery.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: