Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Teknologi Cloud Jadi Kunci Keberlangsungan Industri dan Manufaktur Pasca Covid-19

        Teknologi Cloud Jadi Kunci Keberlangsungan Industri dan Manufaktur Pasca Covid-19 Kredit Foto: Dok. AVEVA
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dunia bisnis terus mengalami perubaha. Namun pandemi covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun telah membuat perubahan itu semakin cepat. 

        Di sisi lain, keberlangsungan bisnis (business continuity) bukanlah hal yang baru. Sederhananya, hal ini merupakan bagian dari perencanaan bisnis yang bijaksana. Namun dengan cepatnya peningkatan krisis global saat ini telah mendorong organisasi untuk menerapkan langkah-langkah yang jauh lebih ketat dan tepat yang ditujukan bukan hanya untuk mengatasi masalah yang ada, untuk meminimalisir kerugian yang akan datang jika terjadi masalah yang sama di masa depan.

        Berkaca pada kejadian lain yang mengancam bisnis, sebelumnya ada wabah Flu Babi (H1N1) yang terjadi satu dekade lalu. Pada setiap kejadian seperti itu dunia bisnis cenderung menemukan guncangan pada sistem dunia setiap 10 sampai 15 tahun yang mengakibatkan dampak negatif pada pasar global, ekonomi, industri, dan pekerja.

        Menghadapi situasi tersebut, Ravi Gopinath, Chief Cloud Officer AVEVA mengungkapkan pentingnya ketersediaan teknologi Komputasi Awan (Cloud) untuk menyederhanakan operasi dan mengurangi kerusakan. Dia mengungkapkan, salah satu dampak utama virus adalah pada pergerakan manusia. Penyebaran virus ini telah menghentikan operasinal bisnis dan menghalangi orang untuk berada di tempat kerja. 

        “Kerusakan dan gangguan pada rantai pasokan manufaktur serta operasional industri telah terdokumentasikan dengan baik juga, tetapi, jika ada hal positif yang dapat diambil dari semua itu, adalah bahwa musibah ini telah mengakselerasi proses inovasi teknologi guna meminimalisir kerusakan,” jelas Ravi, dalam keterangannya, Senin (12/10/2020).

        Dari cepatnya laju bisnis di dunia modern hingga respon cepat terhadap COVID-19 memungkinkan jutaan orang untuk bekerja dari jarak jauh, sulit membayangkan dunia tanpa teknologi komputasi awan (cloud). Belum pernah terjadi pada masa sebelumnya dimana kebutuhan untuk ketersediaan sumber daya TI melalui teknologi komputasi awan (cloud) seperti saat pandemi ini. 

        Teknologi komputasi (cloud) mengubah konektivitas antara orang dengan bisnis dalam skala global. Implementasi teknologi komputasi awan (cloud) ada di mana-mana; di kendaraan kita, di layar televisi, di telepon, serta manfaat penggunaan dari komputasi awan termasuk penyebaran cepat, skalabilitas tinggi dan harga yang fleksibel. Lebih jauh lagi, teknologi komputasi awan (cloud) memungkinkan bisnis untuk menghemat sumber daya keuangan untuk TI dan lebih cepat dalam mengimplementasikan teknologi baru melalui portal mandiri yang diakses melalui internet.

        Tanpa teknologi komputasi awan (cloud), banyak organisasi tidak dapat melakukan banyak hal yang biasa mereka lakukan setiap hari — daftar yang terus bertambah secara eksponensial selama pandemi COVID-19 global ini. Sebagai contoh, akan lebih sulit bagi eksekutif perusahaan untuk mengakses informasi penjualan real-time mereka dari mana saja. Perusahaan juga akan merasa lebih sulit untuk berbagi dan menyunting dokumen secara aman dengan kolega di seberang lautan - dan bahkan di dalam kota yang sama. 

        “Bahkan jarak fisik yang pendek akan menghadirkan tantangan untuk berkolaborasi dengan rekan kerja tanpa teknologi komputasi awan (cloud),” jelas Ravi.

        Menurut Ravi, saat ini pekerja industri tidak perlu berada di lokasi secara fisik karena organisasi bisnis telah terkoneksi melalui teknologi komputasi awan (cloud). Orang dapat bekerja dari jarak jauh, dan tim masih dapat berkolaborasi sepenuhnya. Hal ini bahkan juga berlaku bagi para insinyur dan pekerja lain yang perlu mengoperasikan peralatan industri secara langsung.

        Semua ini telah dimungkinkan dengan bermunculannya teknologi baru seperti big data, kecerdasan buatan (artificial intelligence), machine learning serta virtual reality yang tidak hanya telah membuka pintu akses jarak jauh tetapi juga telah mendorong terlahirnya digital twin - replika virtual dari mesin dan pabrik barbasis data. Hal ini memungkinkan proses manajemen, pemeliharaan, dan kontrol mesin untuk dapat dilakukan secara digital. 

        “Menggunakan pemodelan 3Dimensi dan teknik canggih serta alat visualisasi, pekerjaan dapat dilaksanakan melalui dashboard operasional yang efektif,” jelasnya. 

        Saat ini, lanjut Ravi, sudah ada organisasi yang menggunakan teknologi ini selama beberapa waktu, tetapi di masa pasca-COVID-19 – bagaimanapun dan di mana pun itu – hal ini akan menjadi tren yang terus berlanjut. Efek dari pandemi ini telah memaksa seluruh sektor industri untuk mengimplementasikan platform digital inovatif yang tersedia dalam memfasilitasi cara kerja agar orang dapat tetap terhubung dan gesit, serta yang lebih penting, aman.

        Namun bukan hanya orang saja, teknologi ini juga memiliki dampak besar pada aset operasional industri, terutama dalam pengurangan downtime. Terlepas dari tantangan yang dibawa pandemi saat ini, tidak diragukan bahwa jika pandemi ini terjadi pada beberapa tahun sebelumnya dampak yang terjadi akan jauh lebih buruk. 

        Efek kerusakan yang terjadi dengan ditutupnya pabrik dan tingkat pengurangan pekerja akan lebih besar dan lebih lama. Terkait peralatan operasional, pilihannya adalah peningkatan risiko terpaparnya pekerja terhadap virus atau pemberhentian operasional pabrik untuk periode yang lebih lama –  tidak satu pun pilihan ini yang ideal.

        Jauh sebelum dunia mendengar COVID-19, Asset Performance Management (APM) telah digunakan oleh organisasi untuk menangani tantangan ini. Menggabungkan big data industri, Cloud, AI, digital twin, serta teknologi AR, APM dimaksudkan agar organisasi dapat memantau aset mereka untuk mengidentifikasi, mendiagnosis, serta memprioritaskan masalah peralatan yang akan datang - secara terus menerus dan dalam waktu nyata (real time). 

        “Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengurangi unscheduled downtime, mencegah kegagalan peralatan, mengurangi biaya perawatan, meningkatkan pemanfaatan aset, memperpanjang masa pakai peralatan serta mengidentifikasi aset yang berkinerja buruk,” jelas Ravi.

        Pemanfaatan APM dapat mencegah masalah sebelum terjadi, dengan memungkinkan langkah yang tepat untuk dijalankan oleh insinyur terkait dalam mencegah masalah yang lebih besar seperti downtime, kesalahan, dan kerusakan total. Pada gilirannya, kontak fisik dapat dibatasi dan bisnis dapat berlanjut seperti biasa meskipun tim bekerja dari jarak jauh. Ketika operasi industri beralih ke mode otonom atau hampir otonom, kemampuan untuk memastikan kinerja yang andal dan aman sambil memberikan tujuan produksi menjadi suatu keharusan, dan APM menyediakan kerangka kerja serta metode untuk memastikan hal ini.

        Dengan kemampuan yang telah terbukti dalam memberikan manfaat bisnis yang nyata, menghemat waktu dan biaya serta meningkatkan output, tidak ada keraguan bahwa APM akan bertahan sebagai bagian inti dari strategi berkesinambungan bisnis jangka panjang.

        Inovasi-inovasi tersebut merupakan puncak gunung es dari keterkaitan antara industri dan teknologi. Di tempat lain, kami melihat peningkatan besar dalam hal pelatihan virtual, hingga komunikasi yang jauh lebih baik untuk memastikan kelancaran operasional di lokasi pada saat pergerakan pekerja dibatasi. Ada banyak contoh lagi, tetapi poin utamanya adalah bahwa teknologi ini ada di sini dan telah ada selama beberapa waktu. Teknologi ini telah terbukti serta siap digunakan dan menjadi sangat penting di 'normal' baru kita.

        “Jika ada hal optimis yang dapat diambil dari situasi saat ini adalah munculnya inovasi solusi yang dapat menjaga keberlangsungan bisnis jangka panjang,” tutup Ravi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: