Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Cerai dari Perusahaan, Ramai-ramai Petani Sawit Usul Kemitraan Setara dan Saling Menguntungkan

        Cerai dari Perusahaan, Ramai-ramai Petani Sawit Usul Kemitraan Setara dan Saling Menguntungkan Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tidak hanya menjadi saksi sejarah revolusi industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia, program kemitraan turut menjadi perhatian semua stakeholder karena peran penting yang diembannya.

        Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mendorong agar pola kemitraan antara perusahaan kelapa sawit dan petani dapat setara. Model kemitraan haruslah saling menguntungkan dan mampu mengangkat kelas petani.

        Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Manurung mengatakan, selama ini pola kemitraan konvensional permasalahannya hanya satu arah.

        Baca Juga: La Nina Bawa Berkah Produktivitas, PPKS Kasih 4 Petuah ke Petani Sawit

        "Kami inginkan dua arah baik antara perusahaan dengan petani. Maka, kami usulkan pola sederhana yakni saling menguntungkan dan saling memperkuat tetapi tidak menguntungkan satu pihak saja," ujar Gulat.

        Lebih lanjut Gulat menjelaskan, prinsip kesetaraan harus diutamakan dalam kemitraan antara petani dan perusahaan. Prinsip setara ini sebagai jalan keluar atas permasalahan kemitraan yang terjadi di masa sebelumnya seperti persoalan keterbukaan, pergeseran komitmen, dan persoalan biaya operasional.

        "Supaya bisa setara, petani perlu dibantu untuk memperbaiki aspek legalitas kebun. Kami ingin persoalan kebun sawit petani yang dimasukkan sebagai kawasan hutan, bisa selesai. Bagaimana bisa setara apabila petaninya tidak jelas (legalitasnya)," kata Gulat.

        Data Apkasindo mencatat, saat ini, persentase petani plasma hanya sekitar 7–10 persen, dari sebelumnya yang mencapai 21 persen. "Ini menjadi masalah karena banyak petani plasma bercerai dengan perusahaan," tandas Gulat.

        Menurut Gulat, kemitraan tersebut sangat dibutuhkan petani sawit karena dapat berfungsi memberikan kepastian, nilai tambah bagi yang bermitra, pertumbuhan ekonomi, pemerataan serta pemberdayaan masyarakat, serta usaha kecil.

        Kendati demikian, Gulat mengungkapkan, petani sawit mulai timbul kesadaran bahwa kemitraan harus berkelanjutan dengan konsep kesetaraan. Di satu sisi, petani sawit tidak hanya menuntut, namun akan memperbaiki dan evaluasi diri guna mengimplementasikan konsep kemitraan yang setara.

        "Bagaimana mau menuntut kesetaraan jika petaninya tidak jelas dari bibit hingga sertifikat tanah. Padahal kami ingin setara dengan perusahaan. Kami ingin masuk rantai pasok dengan kualitas yang diinginkan oleh industri," ungkap Gulat.

        Gulat menambahkan, petani sawit juga ingin akselarasi naik kelas dalam bermitra. "Kemitraan itu penting dan kami mengajak para petani plasma agar tidak keluar dari perusahaan. Kemitraan merupakan solusi untuk peningkatan pendapatan petani sawit. Model kemitraan dapat diperluas lagi untuk masa kini. Jangan lagi, polanya sebatas kerjasama untuk suplai buah sawit ke pabrik," tambah Gulat.

        Baca Juga: Lauric Acid Minyak Sawit untuk Preventif Infeksi Virus

        Lebih lanjut Gulat mengemukakan, konsep kesetaraan akan hilang jika rantai pasok sawit petani terlalu panjang. "Petani ingin mendekatkan diri ke pabrik dengan standar yang ada dan harga TBS yang layak," ujar dia.

        Meskipun diakuinya, saat ini, untuk memenuhi standar kebun petani sawit agar masuk rantai pasok berkelanjutan cukup sulit. Standar yang harus dipenuhi tersebut seperti legalitas usaha, organissi pekebun, pengelolaan dan pemantauan lingkungan, serta peningkatan usaha berkelanjutan.

        "Keberlanjutan itu penting supaya petani tidak dikelurkan dari rantai pasok sawit. Kemitraan itu tidak ada gunanya kalau rantai pasok kita tidak diterima oleh industri," ujar Gulat.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: