Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        PASPI: Simbiosis Mutualisme Sawit dengan Petani Pedesaan

        PASPI: Simbiosis Mutualisme Sawit dengan Petani Pedesaan Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tak dapat dimungkiri, kehidupan petani di pelosok dan pinggiran desa di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi sangat jauh berbeda dengan petani yang berada di Pulau Jawa dan Bali yang lebih cepat menikmati pembangunan.

        Kendati demikian, kehadiran perkebunan kelapa sawit di sekitar 234 provinsi sentra sawit di Indonesia menjadi bagian dari mesin pemutar ekonomi para petani pangan, peternak, dan nelayan kecil di pelosok-pelosok daerah.

        Masyarakat yang bekerja di perkebunan sawit, hampir semua kebutuhan bahan pangan sehari-hari di pasok oleh para petani pangan, peternak, dan nelayan sekitar.

        Baca Juga: Meski Pandemi, Peluang Pasar Minyak Sawit Masih Terbuka Lebar

        Kondisi ini menunjukkan bahwa antara pekebun sawit dengan peternak, nelayan, dan petani komoditas pangan lainnya sudah terjalin simbiosis mutualisme. Jalinan ini akan semakin kuat dan berkembang menjadi inti dan cikal bakal dari perekonomian lokal atau daerah.

        Masyarakat yang bekerja di kebun sawit menjadi pasar bagi produk pangan, hasil ternak, ikan yang dihasilkan petani lokal. Transaksi bisnis tersebut berlangsung setiap hari dan sepanjang tahun. Volume transaksi makin besar seiring dengan berkembangnya kebun sawit.

        Dalam laman Palm Oil Indonesia dituliskan, "berdasarkan data statistik pengeluaran penduduk pedesaan, Survey Sosial Ekonomi Nasional (BPS, 2014) dapat dihitung berapa besar omzet bisnis petani, peternak, nelayan lokal dengan masyarakat di kebun sawit pada 190 kabupaten. Nilainya tidak kecil yakni sekitar Rp60,7 triliun per tahun."

        "Nilai transaksi sebesar itu barulah transaksi langsung (direct effect). Bagi yang mau melihat kontribusinya bagi perekonomian lokal masih harus menghitung dampak multiplier pendapatan yang dalam istilah ekonomi disebut sebagai efek induksi konsumsi. Selain itu, juga masih ada dampak multiplier dalam penciptaan kesempatan kerja, dan seterusnya."

        Mengacu pada kondisi tersebut, perkebunan kelapa sawit di Indonesia merupakan bagian penting dari pembangunan daerah pedesaan dan pengurangan kemiskinan pedesaan. Transaksi ekonomi antara masyarakat yang bekerja di kebun-kebun sawit dengan para petani, peternak, dan nelayan telah menggerakkan roda ekonomi pelosok pedesaan, sehingga menciptakan pendapatan dan kesempatan kerja yang lebih luas di pedesaan.

        Baca Juga: Selagi Matahari Bersinar, Minyak Sawit Tetap Berbinar

        "Model penggerakan ekonomi lokal yang demikian, jelas sangat berkualitas dan berkelanjutan. Dikatakan demikian karena didasari atas inisiatif dan kreativitas lokal serta tanpa disubsidi atau mengandalkan anggaran pemerintah. Jika masyarakat ekonomi perkotaan sering merengek–rengek minta bantuan pemerintah jika terjadi krisis ekonomi global, mereka yang dipelosok memilih untuk menyelesaikan sendiri masalahnya. Simbiosis mutualisme ekonomi lokal yang demikian tangguh menghadapi turbulensi ekonomi," seperti dilansir dari Palm Oil Indonesia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: