Belanja Online Melonjak 91%, Ini yang Harus Dilakukan Pelaku E-Commerce
Selama pandemi covid-19 telah meningkatkan adopsi e-commerce dan tumbuhnya tren social commerce, yaitu transaksi jual beli online melalui aplikasi percakapan dan media sosial. Berkat covid-19, diprediksi industri e-commerce bertumbuh sebesar 91%, jauh melampaui proyeksi sebelumnya yang hanya 54%. Baca Juga: E-Commerce dan Blockchain Diprediksi Dorong Pertumbuhan E-Conomy di Indonesia
Hal itu terungkap dalam laporan berjudul “Navigating Indonesia’s E-Commerce: COVID-19 Impact and The Rise of Social Commerce” yang dilakukan oleh Sirclo, sebuah perusahaan e-commerce. Survei yang dilakukan pada bulan Juni 2020 terhadap 2.987 responden itu mengungkap bahwa 90% populasi Indonesia akan menggunakan smartphone di tahun 2025. Sejalan dengan hal tersebut, total pengguna smartphone yang mengadopsi internet pun akan meningkat hingga 77%.
Dua hal itu akan mendorong industri ekonomi digital untuk meningkat 3x lipat dalam rentang tahun 2019-2025. Pada tahun 2019, industri belanja online menyumbang lebih dari setengah total transaksi ekonomi digital di Indonesia, yakni sebesar US$ 21 milyar. Google pun telah merilis laporan resmi bahwa industri e-commerce Indonesia diproyeksikan akan menjadi salah satu pasar dengan pertumbuhan tertinggi di dunia, hingga 36.1% per tahunnya.
“Hal ini bisa terjadi karena infrastruktur ekonomi digital Indonesia telah siap untuk melaju ke tahap berikutnya, terutama dengan tingginya penetrasi smartphone dan penggunaan internet di masyarakat. Kami percaya, industri e-commerce akan terus mengalami peningkatan pesat dan menjadi penggerak utama ekonomi digital Indonesia,” ungkap Brian Marshal, CEO dan Founder SIRCLO, dalam keterangannya, Rabu (4/11/2020).
Lebih lanjut Brian menjelaskan, berdasarkan laporan SIRCLO, berikut ini merupakan beberapa dampak pandemi COVID-19 terhadap perilaku konsumen dan perkembangan e-commerce tanah air, yakni; akselerasi jumlah konsumen baru, diperkirakan bahwa terdapat 12 juta pengguna e-commerce baru sejak pandemi berlangsung, dimana 40% diantaranya mengatakan akan terus mengandalkan e-commerce bahkan setelah pandemi berakhir. Dalam kondisi normal, akselerasi kenaikan jumlah pengguna ini bisa tercapai dalam kurun waktu 1,5-2 tahun.
Terjadi pergeseran preferensi metode pembayaran. Menurut survey SIRCLO, preferensi penggunaan dompet digital untuk pembayaran transaksi e-commerce selama pandemi meningkat sebesar 11%, sementara metode kartu kredit dan transfer bank turun masing-masing 10% dan 2%. Tidak hanya dalam transaksi e-commerce, Bank Indonesia mencatat bahwa jumlah transaksi uang digital 16,7% lebih tinggi pada April 2020 dibandingkan bulan sebelumnya. Transaksi menggunakan kartu debit/kredit justru menurun drastis sebesar 37%.
Dan pertumbuhan tren social commerce. Menurut laporan dari SIRCLO, tren social commerce akan terus bertumbuh dan menyumbang 40% dari total transaksi e-commerce pada tahun 2022. Pasalnya, 94% responden menyatakan bahwa transaksi berbasis percakapan, misalnya di Whatsapp, Facebook, ataupun Instagram, sangat mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Konsumen Indonesia lebih tertarik membeli produk jika penjual memberikan respons cepat pada pesan/pertanyaan mereka.
Sementara, tren menarik selama festival belanja 2020 di tengah pandemi, ternyata kehadiran festival belanja seperti 9.9, 10.10, dan selanjutnya merupakan momen penting bagi UMKM dan para brand untuk mendongkrak transaksi penjualan online. Walaupun situasi pandemi masih berlangsung, daya beli masyarakat masih kuat. Ini dilihat terbukti dari jumlah pesanan dan nilai transaksi yang meningkat 4x lipat pada periode 10.10 tahun ini, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Menurut data internal kami, kategori-kategori yang paling unggul pada momentum festival belanja online 9.9 dan 10.10 adalah Perawatan Diri (mencakup produk sanitasi), Perlengkapan Rumah (perlengkapan dapur & rumah tangga), Makanan & Minuman, serta Fashion & Lifestyle”, jelas Brian.
Pada 9.9 tahun ini, jumlah pengunjung tertinggi terdapat pada tengah malam, pukul 11:00 siang dan di atas pukul 20:00, bertepatan setelah adanya pengumuman PSBB di ibukota. Pada 10.10 tahun ini, jumlah pengunjung tertinggi terdapat pada tengah malam, tengah hari (waktu istirahat kerja), 18:00 (setelah jam kerja), maupun pada pukul 23:00 (pada jam-jam flash sale). Pola belanja ini mengikuti periode dimana adanya promosi clearance, flash sale dan juga live streaming.
Tahun ini, permintaan yang tinggi tidak hanya berpusat di Pulau Jawa dan Bali, namun juga di provinsi lain seperti Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Bengkulu. Jumlah permintaan dari daerah luar Jawa dan Bali selama 10.10 meningkat 5x lipat dibandingkan tahun lalu. Oleh karena itu, brand harus memperhatikan fenomena ini dan menarik lebih banyak pembeli dari luar Jawa dan Bali.
Karena itu ada tiga strategi bagi Brand untuk mencapai kesuksesan di Harbolnas 2020. Berdasarkan hasil penemuan data di atas, berikut adalah 3 strategi yang dapat dilakukan brand untuk menyukseskan penjualan di Harbolnas, khususnya 11.11 dan 12.12, yakni; berinvestasi untuk meningkatkan brand awareness, menerapkan strategi unik sesuai kanal penjualan dan produk, dan bekolaborasi dengan brand/produk yang sedang populer.
Karena itu, lanjut Brian, di tahun 2021, SIRCLO berfokus untuk memperluas pengembangan produk dan layanan, serta
meningkatkan posisi strategis sebagai perusahaan e-commerce enabler terdepan. Di antaranya, SIRCLO berencana merilis beberapa fitur baru, seperti template toko online yang semakin variatif dan inovatif, pengembangan fitur omnichannel untuk perusahaan berskala enterprise, hingga bekerja sama dengan mitra-mitra di sisi cloud hosting seperti Google Cloud Platform dan sistem pembayaran untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi setiap pelanggan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: